Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Parno di Lantai Bursa, dari "Drama" Perang Minyak hingga "Teror" Virus Corona

14 Maret 2020   09:01 Diperbarui: 14 Maret 2020   10:46 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Virus Corona/ sumber: https://www.kompas.com/global/read/2020/03/11/135923070/rs-di-jerman-kembangkan-layanan-drive-through-bagi-suspect-virus-corona?page=all

Bursa Efek Indonesia memutuskan menghapus shortselling untuk sementara waktu. Shortselling dianggap "membahayakan" kondusivitas pasar karena akan ada banyak spekulan yang bermain jika peraturan ini terus diberlakukan.

Praktik shortselling dilakukan dengan cara pinjam-meminjam saham antara investor dan broker. Praktik ini lebih mirip "perjudian" daripada investasi karena sifatnya yang sangat spekulatif. (Untuk penjelasan lebih lanjut soal shortselling, silakan baca artikel saya yang berjudul: "Cara Bertransaksi Saham 'Tanpa Modal'").

Praktik ini disinyalir menjadi salah satu "biang keladi" atas kejatuhan pasar saham pada tahun 2008 silam. Pada waktu itu, IHSG semakin ambyar, setelah ada banyak investor yang melakukan praktik shortselling.

Efek yang ditimbulkan tentu saja sangat mengerikan, baik untuk psikologis investor maupun untuk tingkat kepercayaan publik. Agar kejadian serupa jangan sampai terulang, peraturan tentang shortselling pun ditiadakan.

Di tengah kondisi ekonomi yang "angin-anginan" seperti sekarang, pemerintah memberikan suntikan "vitamin" berupa stimulus ekonomi. Di antaranya adalah pemberian diskon tiket pesawat untuk sejumlah destinasi wisata. Diskon yang diberikan terbilang lumayan besar, hingga 50%!

Insentif ini diberikan untuk menggejot perekonomian di sektor pariwisata. Wajar, di antara sejumlah sektor, pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terdampak akibat penyebaran Virus Corona.

Buktinya, jumlah turis yang berkunjung ke beberapa objek wisata, seperti Yogyakarta dan Bali, mengalami penurunan. Kalau hal ini terus dibiarkan, tentu dampaknya akan kurang baik bagi perekonomian nasional.

Stimulus lainnya adalah relaksasi beberapa pajak, yakni PPh 21, PPh 22, dan PPh 25. Relaksasi ini berupa pemangkasan pajak penghasilan dan ekspor-impor.

Stimulus ini diharapkan bisa mengurangi beban yang dipikul oleh sejumlah perusahaan, terutama yang bergerak di sektor manufaktur dan perdagangan. Maklum, selain pariwisata, industri manufaktur memang terkena imbas yang cukup signifikan. 

Dengan adanya relaksasi tadi, perusahaan dapat terus menggejot produksi dan meningkatkan penjualan tanpa terlalu dibebani oleh persoalan fiskal.

Yang terakhir ialah pemangkasan suku bunga acuan. Stimulus ini memang belum diberikan. Namun, kemungkinan besar, Bank Indonesia akan kembali memotong suku bunga acuan pada bulan Maret ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun