Untuk ukuran seorang striker, Odion Ighalo mungkin terbilang sudah "sepuh". Wajar, usianya sudah mencapai kepala tiga. Dalam usia tersebut, kebugaran fisiknya tentu sudah banyak berubah jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
Meski begitu, hal itu tidak menyurutkan langkah Manchester United (MU) untuk meminjamnya dari Shanghai Shenhua. Jelang penutupan bursa transfer, klub berjuluk "Setan Merah" tersebut berhasil mendapatkan tanda tangan striker Timnas Nigeria itu untuk durasi pinjaman selama 6 bulan.
Keputusan tersebut tentu dilakukan bukan tanpa sebab. Saat tulisan ini dibuat, MU memang sedang mengalami "krisis" striker. Setelah Marcus Rashford dibekap cedera, secara otomatis, stok striker yang dimiliki MU berkurang.
Jadi, jangan heran, dalam beberapa pertandingan, MU hanya bisa mengandalkan peran beberapa striker yang masih tersisa, seperti Anthony Martial dan Mason Greenwood.
Pelatih MU, Ole Gunnar Solskjaer, tentu risau dengan kondisi ini. Sebab, kalau Martial dan Greenwood juga mengalami cedera, tak akan ada lagi striker yang punya daya gedor tinggi untuk membobol gawang lawan, dan hal itu tentunya akan berimbas pada produktivitas gol yang dibuat MU.
Solskjaer kemudian bertindak cepat untuk mencari striker baru. Sejumlah nama coba didekatinya.
Namun, sayangnya, mendapatkan striker berkualitas pada Bursa Transafer Januari bukanlah perkara mudah. Nama-nama yang diincarnya ternyata menampik tawaran yang diajukannya.
Biarpun demikian, Dewi Fortuna sepertinya masih berpihak pada Solskjaer. Buktinya, di detik-detik terakhir bursa transfer, ia masih bisa mendatangkan Ighalo ke Old Trafford.
Barangkali ada sejumlah fans yang mempertanyakan alasan Solskjaer dalam merekrut Ighalo, mengingat striker tersebut tidak lagi dalam "usia emas"-nya. Walaupun diberondong sekian banyak pertanyaan yang bernada skeptis, dalam merekrut striker,
Solskjaer jelas tidak akan asal pilih. Ia tentu memiliki kriteria yang ketat dalam menyeleksi pemain yang akan direkrutnya.
Boleh jadi, prestasi yang pernah dicatat oleh Ighalo menjadi salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh Solskjaer dalam memilihnya. Karier Ighalo memang "bersinar" pada tahun 2019. Pada waktu itu, ia menjadi topskor Piala Afrika dengan torehan 5 gol, dan berhasil membawa negaranya menduduki peringkat ketiga.
Selain itu, Ighalo juga sudah memahami "atmosfer" sepakbola di Inggris karena pernah membela Watford pada musim 2014-2017. Pengalaman itulah yang mungkin membikin Solskjaer semakin yakin untuk memakai jasanya.
Dengan pengalaman tadi, ia tentu berharap Ighalo dapat beradaptasi dengan lebih cepat, sehingga bisa mengembalikan MU ke jalur kemenangan. Â
Turnaround Company
Kehadiran Ighalo mungkin akan menjadi kunci bagi "turnaround"-nya MU. Maklum, kondisi MU memang sedang "angin-anginan". Sejak Sir Alex Ferguson resmi pensiun, performa MU terus turun. Buktinya, sudah enam tahun lebih, klub ini tidak menjadi jawara Liga Inggris.
Kondisi yang dialami MU pada saat ini mengingatkan saya pada "turnaround company" di bursa saham. "Turnaround company" ialah sebuah sebutan untuk perusahaan yang dulunya pernah jaya, tetapi sekarang malah tanpa daya.
Meski begitu, bukan berarti, perusahan ini sudah mati. Perusahaan ini masih beroperasi dan punya potensi untuk bangkit melampaui kondisinya terkini.
Perusahaan jenis ini bisa dikenali dengan mudah. Biasanya perusahaan ini kehilangan kemampuan untuk mendongkak penjualan dan mencetak laba. Keuntungannya terus menyusut dari tahun ke tahun.
Situasi ini bisa lebih parah jika perusahaan mempunyai banyak utang. Kalau tidak diatasi dengan baik, tumpukan utang tadi jelas akan "mendekatkan" perusahaan pada kebangkrutan!
Oleh karena memiliki sederet masalah, jangan heran kalau sahamnya pun dipatok dengan harga murah. Tidak ada investor yang berminat menjadi pemegang sahamnya karena khawatir sewaktu-waktu perusahaan ini bisa "bubar" atau "dibubarkan".
Biarpun demikian, bukan berarti kondisi perusahaan akan terus-terusan seperti itu selamanya. Asalkan suatu saat ada pembaharuan yang dilakukan manajemen, boleh jadi keadaan akan berubah dari yang tadinya negatif menjadi positif.
Salah satu contoh perusahaan yang sedang memasuki periode "turnaround" ialah PT Krakatau Steel Tbk (Kras).
Sebagaimana diketahui, Krakatau Steel adalah produsen baja terbesar di Indonesia. Perusahaan yang bermarkas di Cilegon, Banten ini memproduksi baja untuk berbagai keperluan, seperti rumah tangga atau industri.
Kerugian ini terjadi bukan karena penurunan produksi, melainkan karena serbuan baja impor yang terus masuk secara masif beberapa tahun belakangan. Baja impor yang harganya lebih murah membikin produksi baja yang dihasilkan Krakatau Steel menjadi kalah bersaing di pasaran. Alhasil, penjualan baja Krakatau Steel mengalami pasang-surut.
Penyebab lain yang membikin kinerja Krakatau Steel terpuruk ialah penumpukan utang. Krakatau steel tercatat mempunyai utang bank sebesar 30 triliun rupiah.
Dengan jumlah utang sebanyak itu, jangan heran, meskipun pada tahun tertentu, berhasil mencetak laba yang besar, Krakatau Steel tetap merugi, karena semua laba tadi habis dipakai untuk membayar bunga utang!
Seperti Manchester United, pada tahun ini, kinerja Krakatau Steel boleh jadi akan mengalami "turnaround". Semua itu bisa terjadi berkat adanya kesepakatan restrukturisasi utang yang dibuat antara manajemen Krakatau Steel dan bank.
Kedua pihak sepakat dengan skema pembayaran utang terbaru, yang mana Krakatau Steel diperbolehkan mencicil utang-utangnya dengan bunga 1% saja selama 10 tahun.
Kalau hal ini berjalan lancar, bunga utang yang selama ini menggerus laba Krakatau Steel akan jauh berkurang, dan boleh jadi, di laporan laba-rugi, akan timbul keuntungan. Akibatnya? Harga saham Krakatau Steel pun berpotensi akan terbang!
Waktu
Tentu saja semua membutuhkan waktu. Ighalo jelas memerlukan waktu untuk mengatasi "jetlag"-nya saat berseragam MU, sekaligus menemukan nalurinya kembali di lapangan. Mungkin butuh beberapa hari, atau beberapa minggu baginya agar ia bisa "nyetel" dengan skema yang diterapkan oleh Solskjaer.
Demikian pula dengan Krakatau Steel. Biarkan tak akan lagi dibebani bunga utang yang besar, bukan berarti perjalanan Krakatau Steel ke depan akan berjalan mulus. Manajemen jelas membutuhkan waktu untuk menyusun strategi agar perusahaan mampu bertahan di tengah gempuran baja impor yang harganya murah-murah.
Oleh sebab itu, baik fans maupun investor, sepertinya perlu menunggu lebih lama untuk menyaksikan perbaikan performa dari kedua kubu tersebut.
Salam.
Referensi:
goal.com
cnnindonesia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H