Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama FEATURED

Kiat Membeli "Perusahaan Franchise" dengan Harga yang Wajar

30 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 22 September 2021   08:00 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh sebab itu, dalam menilai harga wajar sebuah saham yang memiliki "franchise" yang kuat, saya cenderung menggunakan standar deviasi. Standar deviasi adalah rata-rata valuasi saham yang diukur dalam rentang waktu tertentu.

Indikator yang dipakai adalah PBV dan Price Earning Ratio (PER). Di antara keduanya, saya lebih suka menggunakan standar deviasi PBV karena lebih akurat menggambarkan valuasi saham daripada PER.

Sebagai contoh, katakanlah selama 10 tahun sebuah saham mempunyai PBV sebagai berikut: 2, 2, 3, 4, 3, 2, 1, 1, 2, 2. Berdasarkan standar deviasinya, harga wajar saham tadi adalah 2,2. Angka ini didapat dari penjumlahan semua PBV di atas, kemudian dibagi 10 (jumlah tahun).

Berdasarkan standar deviasi tersebut, kalau saham tadi sekarang PBV-nya adalah 3, berarti valuasinya boleh dibilang mahal. Sebaliknya, jika suatu saat angkanya di bawah 2.2, harganya sudah murah.

Penghitungan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui harga wajar sebuah saham yang termasuk "perusahaan franchise". Sebab, untuk perusahaan jenis ini, hampir mustahil, PBV-nya berada di bawah 1 kali. Selama perusahaan tadi mempunyai kemampuan untuk mencetak laba yang tinggi, valuasinya akan terus dihargai mahal.

Sementara, untuk perusahaan komoditas, seperti batu bara, minyak, dan kelapa sawit, metode penghitungan ini tidak cocok diterapkan. Sebab, perusahaan tersebut tidak mempunyai riwayat konsistensi dalam menghasilkan laba. Biasanya pendekatan yang dipakai cukup PBV saja.

Sampai sekarang saya masih menanti terjadinya koreksi bursa, yang menyebabkan semua harga saham, termasuk BBCA, mengalami penurunan. 

Memang koreksi itu tidak mengempas harga saham hingga ke titik nadir, tetapi setidaknya hal itu bisa membuka sedikit celah untuk membeli sebuah saham dari perusahaan yang bagus dengan harga yang wajar.  

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun