Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengenal Jurus "Turnaround Investing"

21 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 22 Januari 2020   12:37 1864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarpun sama-sama tergolong perusahaan farmasi yang besar, valuasi ketiga perusahaan tadi ternyata berbeda-beda. Salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur valuasi saham tersebut adalah Price Book Value (PBV).

Price Book Value

PBV sejatinya adalah perbandingan antara Nilai Buku (Book Value) dan harga saham di pasar. Nilai Buku merupakan hasil bagi antara jumlah Ekuitas yang disetorkan investor dan jumlah saham beredar. Dalam analisis fundamental, Nilai Buku sering disebut sebagai "kekayaan" yang dimiliki investor.

Umumnya, Nilai Buku ditaksir sedikit lebih tinggi daripada harga pasar. Sebagai contoh, kalau sebuah saham mempunyai Nilai Buku sebesar Rp 1.000/ saham, sementara harga sahamnya di pasar adalah 1.100, maka valuasinya masih terbiang wajar karena nilai PBV-nya 1,1 x (1.100: 1.000).  

Namun, kalau PBV-nya di atas 2 x, itu artinya investor bersedia membayar dobel  untuk mendapatkan selembar saham yang Nilai Bukunya hanya Rp 1.000/saham. Hal ini menunjukkan bahwa saham tadi sudah dihargai terlalu mahal.

Sebaliknya, jika PBV-nya di bawah 1 x, saham ini terbilang murah. Sebab, untuk memperoleh saham dengan Nilai Buku sebesar Rp 1.000/saham, investor cuma perlu membayar di harga yang lebih rendah.

Untuk mempermudah penjelasan, marilah kita kembali ke saham KLBF, TSPC, dan KAEF yang sudah disebutkan sebelumnya. Saat artikel ini ditulis, ketiga saham itu PBV yang bervariasi.

Saham KLBF PBV-nya 4,9 x, TSPC 1,1 x, dan KAEF 0,8 x. Dari data barusan, kita bisa menyimpulkan bahwa saham KLBF relatif "mahal", TSPC nilainya "wajar", dan KAEF termasuk "murah".

Investor yang memakai strategi "turnaround investing" umumnya akan memilih saham KAEF karena harganya yang menarik. 

Namun demikian, investor sebaiknya jangan langsung membeli saham tersebut sebab ada aspek lain yang perlu dilihat untuk memantapkan keputusan investasi yang akan diambil.

Hal itu juga akan menghindarkan investor dari "value trap". "Value trap" maksudnya investor salah memersepsikan saham jelek sebagai saham bagus, hanya karena tertarik dengan harganya yang murah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun