Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Saat Investor Menebeng Kereta "Kakek Santa"

18 Desember 2019   09:01 Diperbarui: 18 Desember 2019   11:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desember sering disebut sebagai bulan yang baik untuk berinvestasi saham. Umumnya saham-saham akan naik harganya pada bulan ini. Kenaikan ini terjadi bukan tanpa sebab. Aksi "window dressing" yang dilakukan oleh manajer investasi boleh jadi merupakan salah satu alasannya.

Dalam melakukan "window dressing", manajer investasi biasanya akan membeli saham-saham bluechip. Saham-saham unggulan, seperti BBCA, BBRI, dan TLKM, laris diborong, sehingga harganya ikut terkerek.

Kenaikan harga saham-saham tadi tentu akan berimbas pada pergerakan IHSG. Maklum, saham-saham tadi adalah "pilar" yang menopang laju IHSG. Makanya, kenaikan harganya biasanya berbanding lurus dengan pergerakan IHSG.

Pembelian saham-saham tadi dilakukan untuk mempercantik portofolio yang dikelola. Manajer investasi umumnya menjual saham-saham yang rugi di portofolionya, lalu membeli saham lain yang naik harganya.

Dengan demikin, komposisi saham di portofolio yang dipegang menjadi lebih banyak hijau-nya daripada merah-nya. Selanjutnya, portofolio inilah yang dilaporkan kepada para investor.

Sekilas, aksi ini terkesan manipulatif. Namun, selama transaksi yang dilakukan sesuai dengan peraturan, Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak akan campur tangan. Kalau ada upaya menggoreng saham, barulah BEI mengambil tindakan dengan mensuspen saham-saham yang harganya dimark-up tersebut.

Kenaikan harga saham pada bulan Desember tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Peristiwa ini terus berulang setiap tahun, dan seolah jadi tradisi yang unik di setiap bursa efek di berbagai negara. Oleh karena itu, fenomena ini juga sering disebut sebagai "Santa Claus Rally".

Dalam sejumlah literatur yang saya baca, tidak dijelaskan mengapa sosok Santa Klaus dipilih untuk menggambarkan fenomena ini. Namun, saya mengira bahwa pilihan itu diambil karena Santa Klaus adalah sosok yang menghadirkan kebahagiaan pada Hari Natal.

Dalam dongeng, Santa Klaus biasanya mengunjungi rumah-rumah pada Malam Natal untuk membagikan hadiah kepada anak-anak. Ia biasanya akan menyusup ke dalam cerobong asap dan secara diam-diam meletakkan banyak hadiah di bawah pohon natal.

Dengan pemberian tersebut, anak-anak diharapkan merasa gembira, sehingga bisa merayakan Natal dengan sukacita.

Boleh jadi, hal itulah yang mengilhami munculnya istilah "Santa Claus Rally". Kalau dalam kisah klasik, Santa Klaus muncul membagikan hadiah kepada anak-anak, di bursa efek, Kakek Santa hadir menawarkan capital gain kepada investor saham!

Kalau saya amati, fenomena "Santa Claus Rally" di bursa saham tanah air sebetulnya sudah terlihat sejak tanggal 2 Desember lalu. Hal itu ditandai kenaikan IHSG sekitar 1%, setelah beberapa pekan sebelumnya mengalami penurunan.

Tentu saja kenaikan tadi berlangsung secara bertahap. Maklum, pada waktu itu, investor masih ragu membeli saham lantaran negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok berjalan alot.

Namun, ketegangan itu kemudian berlalu setelah kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu akhirnya mencapai kata "sepakat" pada tanggal 13 Desember lalu. IHSG pun kemudian melaju kencang, dan hingga tulisan ini dibuat, IHSG berada pada posisi 6.200-an.

Strategi Investasi
Investor yang ingin memanfaatkan momentum "Santa Claus Rally" bisa memilih saham-saham bluechip di sektor perbankan. Biarpun sempat digoyang oleh persoalan ekonomi sepanjang tahun 2019, saham-saham di sektor perbankan masih menunjukkan kinerja yang baik.

Memang valuasi harga yang sudah terlampau tinggi bisa menjadi salah satu persoalan. Bagi investor yang menganut strategi "value investing", saham-saham yang harganya sudah mahal umumnya enggan dibeli. Sebab, saham-saham ini tidak menyediakan "margin of safety" yang cukup untuk mengamankan dana investor dan memberi imbal hasil yang besar.

Sementara, bagi investor yang menerapkan strategi "growth investing", harga yang mahal bukan masalah. Asalkan manajemen perusahaan masih rajin melakukan ekspansi, investor biasanya berani membeli sahamnya di harga yang premium.

Ekspansi menjadi jaminan bagi pertumbuhan perusahaan dan kalau terus bertumbuh, harga sahamnya akan meningkat dari waktu ke waktu.

Sektor konsumer juga bisa dipilih. Meskipun termasuk sektor andalan, investor mesti mewaspadai saham-saham tertentu, terutama di subsektor rokok. Maklum, saham-saham di subsektor tersebut sedang "dibayangi" nasib buruk. Sebut saja saham HMSP dan GGRM yang harganya terjun bebas sekitar 50% sejak bulan Mei lalu.

Hal itu bisa terjadi karena pemerintah menaikkan cukai rokok. Meskipun sekarang belum terasa efeknya, beberapa bulan ke depan, kebijakan itu dikhawatirkan akan mengganggu kinerja perusahaan. Makanya, jangan heran, investor kemudian beramai-ramai menjual saham emiten rokok, hingga harganya jatuh sangat dalam.

Memang penurunan harga itu tampak menarik. Valuasi sahamnya jadi lebih murah. Namun, investor juga mesti mempertimbangkan hal lain. Sebab, kalau harganya sudah jatuh sedalam itu, alih-alih naik, boleh jadi, harganya akan semakin terperosok.

Walaupun demikian, saham-saham lain di sektor konsumsi bisa dilirik. Saham-saham, seperti ICBP, SIDO, dan HOKI, memang mempunyai valuasi yang mahal, yakni di atas 20 x, tetapi kalau dilihat dari kinerjanya, sepertinya valuasi tersebut terasa sepadan.

Fenomena Santa Claus Rally bisa menjadi momentum yang pas untuk masuk ke pasar saham. Investor bisa menebeng kereta kakek santa agar bisa menikmati keuntungan di bursa saham. Caranya juga cukup sederhana. Investor cukup mencari saham-saham berfundamental bagus, berkinerja tokcer, dan kemudian berinvestasi di dalamnya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun