Hal itu memang sesuatu yang manusiawi, tetapi kalau kesalahan yang dilakukan sangat fatal, akibatnya tentu akan sangat buruk. Saya pribadi berempati kepada para investor yang mengalami kerugian atas kasus tersebut. Semoga pada masa depan, investor bisa lebih cermat memilih manajer investasi.
Dari kasus ini, kita bisa memetik sebuah pelajaran bahwa sebelum membeli produk investasi, sekiranya investor perlu mengetahui prestasi yang pernah ditorehkan oleh manajer investasi terlebih dulu.
Prestasi tadi memang tidak bisa menjamin keberhasilan investasi pada masa depan, tetapi setidaknya kita jadi tahu bahwa perusahaan tersebut telah dikelola dengan sangat baik, dan bisa saja, prestasi yang sama akan terulang kembali.
Cara yang paling mudah untuk mengetahui manajer investasi yang memiliki reputasi baik ialah dengan berkunjung ke kantornya. Cara ini memang agak ribet, sebab kita mesti meluangkan waktu untuk menemui para manajernya. Namun, kalau kita tahu dan kenal orang-orang yang mengelola dana kita, hal itu akan bikin tenang.
Standar dalam menilai kualitas manajer investasi sebetulnya sederhana. Kita hanya perlu memastikan bahwa manajer investasi yang akan kita pakai jasanya adalah orang-orang yang punya "integritas" dan "kapasitas". Kalau kita "menitipkan" dana kita kepada orang yang jujur dan cakap, cerita investasi kita akan jauh lebih indah.
Cara lain yang bisa digunakan ialah dengan membandingkan imbal hasil antar manajer investasi. Manajer investasi yang berkinerja unggul umumnya bisa memberi imbal hasil yang "besar" dan "wajar".
Saya menebalkan kata "wajar" karena kalau hanya berpatokan pada besaran imbal hasil, kita bisa terjebak. Bisa saja, komposisi reksadana, terutama reksadana saham dan campuran, berasal dari instrumen yang bisa menghasilkan keuntungan yang luar biasa, tetapi berisiko tinggi.
Siapa yang tahu kalau uang kita akan dibelanjakan "saham-saham gorengan" yang punya "kolesterol tinggi"? Siapa yang tahu kalau modal yang kita setorkan akan dibelikan obligasi dari perusahaan yang sedang terlilit masalah?
Makanya, kalau ada yang menawarkan produk reksadana yang bisa menjanjikan imbal hasil yang besar dan pasti, sebagai investor, kita patut merasa waspada dan curiga. Jangan sampai kita terjerumus dalam investasi yang berisiko tinggi demikian.
Saya yakin, di balik suatu bencana, selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Demikian pula yang terdapat dalam kasus Narada dan Minna Padi. Sekiranya satu pelajaran berharga yang dapat diingat ialah investor mesti teliti sebelum memilih produk reksadana.
Di antara sekian banyak pilihan produk reksadana yang ditawarkan, sekiranya investor harus melakukan seleksi dengan cermat. Tak hanya besaran imbal hasil yang bisa didapat, tetapi investor juga mesti menelisik rekam jejak orang-orang yang mengelola reksadana tadi. Dengan demikian, berinvestasi di reksadana menjadi jauh lebih aman dan nyaman.