Ketika ditanya, "Apa yang perlu disiapkan supaya masa tua bisa dijalani tanpa khawatir terkena penyakit serius?", Dokter Sukono Djojoatmodjo dengan mantap menjawab: "Materi!"
Saya agak kaget mendengar jawaban Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Premier Jatinegara tersebut. Awalnya, saya mengira jawaban yang bakal disebut adalah "menjaga pola makan", mengingat latar belakang beliau yang berasal dari dunia medis, tetapi sepertinya saya mesti "merevisi" pemikiran saya sebelumnya.
Alasan yang disampaikan Dokter Sukono cukup masuk akal. Menurutnya, sewaktu masih sehat, seseorang mesti menyiapkan dana darurat kalau-kalau suatu hari terserang penyakit berat. "Jangan berharap pada bantuan anak," katanya, "Sebab, belum tentu anak bisa memberi bantuan."
Mengobati penyakit memang menguras banyak biaya. Apalagi kalau penyakit yang diidap adalah Parkinson, seperti yang banyak dikupas Dokter Sukono. Berdasarkan pengalamannya sebagai tenaga medis selama bertahun-tahun, Dokter Sukono sadar betul penyakit ini bisa menjangkiti siapapun, terutama bagi orang-orang yang sudah berusia lanjut.
Hal itu wajar terjadi karena Parkinson adalah penyakit degeneratif, yang umumnya dialami oleh lansia. Gejalanya mudah dikenali. Di antaranya ialah anggota tubuh tertentu sering gemetar, terjadi kekakuan gerak, lamban berjalan, mudah terjatuh, kerap mengantuk, gangguan indera penciuman, susah buang air besar, dan depresi.
Gejala tadi muncul secara bertahap. Dokter sukono menjelaskan bahwa 10 atau 20 tahun sebelum seseorang didiagnosis terkena Parkinson, gejala-gejala tadi sudah mulai terlihat.
Namun, umumnya, orang itu mengabaikan gejala tadi karena menganggap bahwa hal itu akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu cepat. "Padahal, kalau diketahui lebih dini," kata Dokter Sukono, "penyakit itu bisa langsung diobati sebelum bertambah parah."
Biarpun termasuk penyakit manula, bukan berarti orang yang masih muda bisa terbebas dari penyakit ini. Ingat aktor Michael Fox dan petinju Muhammad Ali? Keduanya didiagnosa terkena Parkinson dalam usia yang relatif muda, empat puluhan tahun.
Seperti diabetes, sampai sekarang, Parkinson belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Sekali seseorang terkena Parkinson, seumur hidup ia akan terus "berteman" dengan penyakit tersebut. "Kita tidak bisa menyetop Parkinson," kata Dokter Sukono, "tetapi dapat menghambatnya."
Parkinson adalah penyakit yang dikover oleh BPJS Kesehatan. Meskipun demikian, bukan berarti keluarga akan bebas sepenuhnya dari biaya ini-itu di luar pengobatan. Makanya, untuk berjaga-jaga, keluarga mesti menyiapkan dana ekstra.
Belum lagi kesiapan mental juga mesti dimiliki keluarga. Sebab, menangani pengidap Parkinson bukan perkara mudah. Dibutuhkan kesabaran yang besar dalam terus menenangkan, melayani, dan merawat anggota keluarga yang terkena penyakit tersebut.
Mempersiapkan Dana Darurat
Setelah selesai menyimak penjelasan Dokter Sukono tentang penyakit Parkinson, saya menghela napas panjang. Saya jadi terpikir masa tua yang kelak akan saya jalani. Agak takut memang kalau kita memikirkan usia tua. Namun, bukankah masa tua adalah sebuah keniscayaan, yang pasti terjadi?
Makanya, saya setuju dengan saran Dokter Sukono tentang persiapan dana darurat. Dana darurat itu penting. Tak hanya saat sakit, dana darurat ini juga berguna dalam situasi lain, seperti ketika seseorang mengalami PHK, kecelakaan, dan bencana alam.
Dari buku-buku keuangan, besaran dana darurat idealnya adalah 6 bulan pendapatan. Kalau pendapatan bulanan saya sebesar 5 juta rupiah, misalnya, dana darurat yang mesti disiapkan adalah 30 juta rupiah.
Meskipun terdengar masuk akal, bukan berarti hal itu mudah dipraktikkan. Belum tentu semua orang bisa menyisihkan pendapatannya untuk dana darurat, dan kalau bisa pun, belum tentu yang bersangkutan sanggup membiarkannya terus "menganggur" di bank.
Memang hal-hal tadi belum menjamin sepenuhnya bahwa kita tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun jika kelak terkena penyakit serius. Uang pribadi mungkin masih akan dipakai, tetapi jumlahnya tidak akan terlalu besar, sebab mayoritas sudah dikover.
Lantas, kalau begitu, masih perlukah kita menyiapkan darurat? Jawabannya perlu. Hanya saja, nominal yang sediakan tidak terlalu besar, dan sebagian dana yang dimiliki bisa dialokasikan untuk instrumen-instrumen penunjang biaya kesehatan.
Penyakit, seperti Parkinson, adalah sebuah keniscayaan. Setiap orang bisa mengalaminya cepat atau lambat. Hanya saja, sebelum penyakit itu datang, sudahkah kita mempersiapkan semuanya sebaik mungkin?
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H