Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bagi Investor, Waktu adalah "Terminator"?

1 November 2019   09:01 Diperbarui: 1 November 2019   16:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, pada tahun 2022, sebuah "lubang waktu" tiba-tiba muncul di langit. Dari lubang itu keluar Rev-9. Rev-9 adalah Terminator versi terbaru yang jauh-jauh datang dari masa depan untuk menuntaskan satu misi: menghabisi nyawa Dani Ramos. 

Alasannya? Karena pada masa depan, Ramos adalah ancaman terbesar bagi para Terminator untuk menguasai dunia!

Itu adalah satu adegan dalam film Terminator: Dark Fate yang tayang pada pekan ini. Sekilas film yang disutradarai Tim Miller ini mempunyai cerita yang mirip dengan sekuel sebelumnya: pertempuran antara manusia dan robot yang kerap diwarnai aksi kejar-kejaran, hujan peluru, hingga pertumpahan darah.

Singkatnya, film ini mampu menyuguhkan tonton yang menarik, sekaligus memantik "nostalgia" dengan tokoh-tokoh legendaris di film Terminator terdahulu, seperti Linda Hamilton dan Arnold Schwarzenegger.

Di dalam film, sosok Terminator adalah simbol kehancuran umat manusia. Ia tercipta akibat sebuah kelalaian. Awalnya ia bernama Skynet. Ia sengaja diciptakan sebagai mesin perang yang dilengkapi kecerdasan buatan. Ia dapat memproses informasi dengan cepat, menuruti perintah yang diberikan kepadanya, dan melancarkan serangan jarak jauh.

Seiring berjalannya waktu, Skynet bertambah cerdas. Ia mulai membantah perintah orang yang sudah menciptakannya. Baginya, tidak boleh ada lagi yang mengaturnya. Ia ingin menjadi independen sepenuhnya tanpa tunduk pada kuasa siapapun.

Skynet kemudian memandang manusia sebagai "ancaman". Dari yang tadinya "teman", ia pun berubah menjadi "musuh" bagi manusia. Sejak saat itu, "babak baru" peperangan antara Terminator dan manusia pun dimulai!

Biarpun di film digambarkan sebagai tokoh fiksi, sosok Terminator sejatinya bisa dijumpai di dunia nyata. Dalam investasi saham, misalnya, sosok ini bisa mewujud dalam bentuk "waktu". Disebut demikian karena di mata investor, waktu bisa dipandang sebagai "sahabat", bisa pula dilihat sebagai "musuh".

Semua bergantung pada pilihan saham yang dibeli. Kalau investor membeli saham dari perusahaan yang bagus, waktu bisa menjadi "teman" yang menawarkan banyak sekali keuntungan. Sebab, semakin lama saham tersebut disimpan, semakin banyak keuntungan yang bisa dipetik.

Sementara, waktu bisa menjelma "musuh" jika investor terus mempertahankan saham dari perusahaan yang buruk. Ibarat Terminator, apabila disimpan dalam jangka panjang, saham jenis ini bisa memorak-porandakan portofolio investor. Sifatnya begitu merusak dan merugikan.

Agar waktu menjadi "sahabat", investor mesti belajar menyeleksi saham secara cermat. Sebab, tidak semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia layak dikoleksi.

Ada saham-saham tertentu yang cocok diperdagangkan dalam jangka pendek, ada pula yang tepat disimpan untuk jangka panjang. Sebagai investor, kita mesti mengenalinya seteliti mungkin supaya investasi yang dilakukan bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal.

Dalam memilah dan memilih saham, saya biasanya mencermati sektor usahanya. Di Bursa Efek Indonesia terdapat sejumlah sektor, yakni (1) agriculture, (2) mining, (3) basic industry and chemicals, (4) miscellaneous industry, (5) consumer goods industry, (6) property, real estate, and building construction, (7) infrastructure, utilities, and transportation, (8) finance, dan (9) trade, service, and investment.

Kesembilan sektor tadi kemudian terbagi lagi ke dalam beberapa subsektor. Sektor agriculture, misalnya, terdiri atas sejumlah subsektor, yaitu (a) crops, (b) plantation, (3) animal husbandry, dan (4) fishery.

Pada masa depan, boleh jadi, sektor-sektor tadi akan bertambah jumlahnya. Sebab, sudah ada wacana bahwa perusahaan teknologi, seperti Gojek dan Tokopedia, berencana melakukan IPO. Jika hal itu terjadi, akan muncul sektor baru untuk mengelompokkan perusahaan-perusahaan teknologi tersebut.

Di antara kesembilan sektor tadi, saya cenderung menyukai saham-saham di sektor consumer goods industry dan finance untuk investasi. Alasannya? Karena produk yang dihasilkan perusahaan di sektor itu akan terus laku dalam situasi apapun. Baik ekonomi sedang baik maupun resesi, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di sektor tersebut dapat terus bertahan.

Selain itu, pertumbuhan perusahaan di sektor itu pun mantap dan solid dari waktu ke waktu. Coba perhatikan "perjalanan" harga saham ICBP dan BBCA berikut.

Pergerakan harga saham ICBP dari tahun 2015-2019 (sumber: dokumentasi Adica)
Pergerakan harga saham ICBP dari tahun 2015-2019 (sumber: dokumentasi Adica)
Pergerakan harga saham BBCA dari tahun 2015-2019 (sumber: dokumentasi Adica)
Pergerakan harga saham BBCA dari tahun 2015-2019 (sumber: dokumentasi Adica)
Dari tahun ke tahun, harga kedua saham tadi terus meningkat, sehingga dalam jangka panjang, kedua saham tadi layak disimpan. Semakin lama saham itu disimpan, semakin besar keuntungan didapatkan.

Meskipun termasuk bagus untuk investasi, bukan berarti, semua saham di sektor consumer goods industry dan finance boleh asal dipilih. Lagi-lagi investor mesti menyaring saham di sektor tersebut untuk menemukan yang terbaik.

Saran saya, pilihlah saham-saham dari perusahaan yang tata kelolanya bagus. Cermatilah reputasi pemiliknya. Di Bursa Efek Indonesia, ada perusahaan-perusahaan yang manajemennya punya reputasi baik.

Sebut saja Indofood, Unilever, Bank BCA, Bank BRI, dan Bank Mandiri. Perusahaan-perusahaan tadi diketahui dikelola oleh manajemen yang memiliki integritas dan kapasitas. Makanya, jangan heran, di lantai bursa, saham-saham dari perusahaan tersebut selalu menjadi "langganan" para investor.

Memiliki saham-saham dari perusahaan yang tata kelolanya baik ialah sebuah berkat. Ibarat mesin pencetak uang, saham-saham demikian bisa menghasilkan keuntungan besar apabila terus dipegang dalam jangka panjang.

Waktu bukanlah "Terminator" kalau investor mempunyai saham-saham tersebut. Waktu hanya akan menjadi "Terminator" jika investor memilih mempertahankan saham-saham dari perusahaan yang manajemennya buruk dan pertumbuhannya payah!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun