Rumor bahwa September bukan bulan yang "ramah" untuk investor saham mungkin ada benarnya. Sebab, dari pengalaman, saya merasakan sendiri betapa sulitnya mendulang untung di pasar saham sepanjang bulan September ini.
Sampai tulisan ini dibuat, belum ada satu pun saham-saham yang saya beli menunjukkan kinerja yang kinclong. Parahnya, ada satu saham saya yang sampai mengalami potensi capital loss sebesar 10%!.
Semua itu boleh jadi disebabkan oleh maraknya sentimen negatif yang berembus di bursa saham. Sentimen itu di antaranya masih seputar perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang sudah berlangsung hampir 2 tahun.
Meskipun beberapa menteri dari masing-masing negara tadi akan berunding membahas solusi perang dagang pada awal Oktober nanti, pelaku pasar masih dibayangi rasa waswas. Sebab, belum ada "sinyal-sinyal" positif yang menunjukkan bahwa kedua negara tersebut akan mencapai kata sepakat.
Tak hanya dari luar negeri, beberapa sentimen negatif dari dalam negeri juga ikut mengepung Bursa Efek Indonesia. Setidaknya ada dua sentimen negatif yang sampai menciptakan "guncangan hebat" di pasar saham.
Yang pertama ialah jatuhnya harga saham emiten rokok pada hari Senin, 16 September kemarin. Sebelumnya tidak ada yang menyangka bahwa keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok sebesar 23% akan berdampak buruk pada harga saham emiten rokok.
Peristiwa itu ikut "menggetarkan" harga saham-saham lain, termasuk saham yang saya pegang. Maklum, HMSP dan GGRM adalah saham yang punya kapitalisasi yang besar. Keduanya selalu masuk ke dalam jajaran teratas sebagai saham terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Makanya, dengan bobot sebesar itu, kejatuhan harga kedua saham tadi ikut menyeret IHSG. Sepanjang "hari kelabu" itu, IHSG rontok hingga 2%!
Kejadian itu boleh disebut sebagai sebuah "anomali". Sebab, pada kuartal 2 tahun 2019, kedua saham tadi masih mencatatkan laporan keuangan yang positif. Penjualan dan laba-nya pun terus bertumbuh.
Meskipun begitu, investor sepertinya berpandangan lain. Investor menilai bahwa kedua saham tadi mempunyai prospek yang suram. Kenaikan cukai rokok yang besar diprediksi bisa menurunkan penjualan-nya pada masa depan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!