Ketika kondisi pasar sedang "bearish", Ellen menganjurkan investor untuk menggunakan 10-25% dari modalnya. Sementara dalam situasi "bullish", modal yang dipakai boleh lebih dari 50%.
Hal ini dilakukan untuk membatasi risiko yang mungkin dialami investor. Saat pasar saham sedang lesu, investor tentu sulit memperoleh keuntungan.Â
Sebagus apapun saham yang dipilih, kalau investor masuk ketika pasar sedang "bearish", hasil yang didapat akan jauh lebih kecil, atau bahkan minus. Makanya, dalam situasi demikian, lebih baik modal yang dipakai untuk membeli saham lebih kecil untuk meminimalkan potensi kerugian.
3. Membatasi kerugian yang bersedia ditanggung
Setiap investor umumnya mempunyai peraturan tersendiri. Ellen pun demikian, terutama dalam hal batasan cutloss. Ellen tahu bahwa sebaik apapun analisis yang sudah dilakukan sebelumnya, hal-hal yang buruk masih bisa terjadi. Makanya, batasan cuttloss perlu ditentukan dan dijalankan dengan penuh disiplin.
Saya pribadi mempunyai batasan cutloss sebesar 8%. Kalau harga saham yang saya pegang mulai turun 8% dari harga beli, saya sudah siap melakukan cutloss. Biarpun jual rugi, saya jadi punya modal untuk membeli saham lain yang lebih potensial.Â
Melakukan cutloss tak hanya menyelamatkan modal kita dari kerugian yang mungkin lebih besar, tetapi juga membuka "jalan" untuk investasi lain yang dianggap lebih prospektif. Â Â
4. Menentukan jumlah saham yang dimiliki
Tidak semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia layak dikoleksi. Di antara 600 lebih saham yang tersedia, investor bisa memilih beberapa yang dinilai bagus.Â
Ellen menyarankan investor memiliki 5-10 saham di portofolionya. Jumlah itu memang terbilang sedikit. Namun, dengan jumlah tersebut, investor jadi lebih mudah mengelolanya.
5. Menetapkan level beli dan jual saham sesuai dengan analisis teknikal