Mungkin hal ini terdengar aneh. Namun, setelah cukup lama berkecimpung di dunia saham, saya jadi tambah "religius". Kalau sebelumnya, setiap akhir pekan, saya suka pergi keluyuran ke berbagai tempat, semenjak "berkenalan" dengan saham, saya jadi lebih sering mengunjungi rumah ibadah.
Saya pun lebih khusyuk berdoa, lebih banyak pasrah dan berserah. Saya juga mulai rutin beramal. Jika ada yang memerlukan bantuan dan kebetulan saya bisa membantunya, tanpa pikir panjang, saya langsung mengulurkan tangan.
Sungguh dunia saham yang penuh dengan "drama" sepertinya telah mengerek bobot religiusitas dalam diri saya!
Barangkali di antara pembaca ada yang bertanya, bagaimana perubahan yang signifikan itu bisa terjadi? Bagaimana pasar saham yang konon disebut sebagai instrumen investasi yang sangat berisiko tersebut dapat "mempertebal" keimanan seseorang?
Dengan mantap, saya menjawab, semua itu bisa terjadi karena saham-saham yang saya pegang sedang dalam posisi "nyangkut" alias rugi besar. Hahahaha.
Makanya, jangan heran kalau kemudian investor tersebut lebih rajin berdoa dan beribadah. Mungkin dengan melakukan hal tersebut, harga saham yang dimilikinya diharapkan akan naik kembali dan ia bisa terbebas dari masalah!
Hal itu bisa saja terjadi pada semua investor, termasuk Ellen May. Pada hari Senin kemarin (16/9), saya berkesempatan menyimak kisahnya sewaktu ia mendapat masalah besar akibat krisis ekonomi pada tahun 2008 silam.
Betapa tidak, kejatuhan pasar yang sangat dalam menyebabkan kepanikan yang luar biasa, sehingga para investor "kompak" mengobral sahamnya. Harga saham rontok dengan cepat.
Bahkan, saking paniknya, Ellen berkata sampai sulit menjual sahamnya karena harganya sudah keburu jatuh dan tak ada orang yang mau membelinya!