Nama Lynch menjadi "legenda" di bursa saham Amerika Serikat karena selama 13 tahun berkarier, ia mampu menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 27 kali lipat! Imbal hasil yang diraih Lynch selalu melampaui indeks saham, seperti Nasdaq, Dow Jones, dan S&P 500. Sebuah prestasi yang sukar diperoleh oleh manajer investasi manapun!
Selain "fast grower", ada lima jenis lain yang dikelompokkan oleh Lynch. Yang pertama ialah "slow grower". Lynch mengibaratkan saham jenis ini sebagai karyawan yang punya gaji UMR. Setiap tahun pertumbuhan laba-nya cenderung lambat, hanya 5-7%.
Bersama "stalwarts" (jenis saham yang kedua), Lynch menjadikan "slow grower" sebagai "benteng" manakala resesi menyerbu bursa saham. "Slow grower" biasanya mempunyai fundamental yang bagus sehingga bisa tahan terhadap krisis ekonomi. "Slow grower" umumnya ditemukan di sektor consumer goods. Di Indonesia, saham Unilever (UNVR) termasuk jenis ini.
Yang kedua adalah "stalwarts". Lynch mengumpamakan saham jenis ini sebagai karyawan berprestasi yang setiap tahun mendapat promosi dan terus naik gaji. Saham jenis ini punya pertumbuhan laba yang kuat, antara 12 sampai 15% per tahun.Â
Yang ketiga adalah "fast grower". Lynch mengibaratkan saham jenis ini sebagai aktor/aktris yang kariernya terus melesat dengan cepat. Grafik harga saham "fast grower" sudah seperti roket, naik dan akan terus naik.
Yang keempat ialah "cyclical". Di mata Lynch, saham jenis ini ibarat petani yang penghasilannya musiman. Saham jenis ini mudah dikenali dan ditemukan.Â
Di Bursa Efek Indonesia, saham di sektor agriculture, mining, basic industry and chemicals, dan automotive tergolong saham jenis ini karena pertumbuhannya berdasarkan kondisi ekonomi. Saat ekonomi sedang baik, saham-saham tersebut bisa melaju paling depan. Namun, kalau terjadi resesi, saham-saham tersebut bisa sangat "menderita".