Sebut saja saham INKP yang dibelinya pada 2017 silam. Saham tersebut ditemukannya dari laporan keuangan yang dirilis perusahaan di sebuah media. Oleh LKH, laporan berukuran kecil tadi digunting dan dianalisis. Setelah dicorat-coret, akhirnya ia menemukan bahwa INKP adalah "saham salah harga".
Sudah pasti, jika mendapati saham demikian, LKH akan membelinya, dan benar saja, dalam waktu sekitar 2 tahun, saham INKP yang dibeli LKH di harga Rp 1.000-an per lembar "terbang" hingga Rp 20.000. Setelah dijual secara bertahap, rata-rata keuntungan yang berhasil didapatnya adalah 10 kali lipat!
Saya dibikin heran atas penjelasan LKH tadi. Betapa tidak! Bagaimana hanya dengan modal laporan keuangan yang dimuat di media, LKH bisa menemukan "harta karun" yang dapat melipatgandakan kekayaannya? Sungguh aneh. Namun, itulah yang terjadi!
Berinvestasi di Tengah Resesi
LKH tak hanya bercerita tentang masa lalu, tetapi juga masa kini. Beberapa bulan belakangan boleh dibilang adalah masa yang "krusial" bagi investor saham.
Sebab, kondisi pasar sedang "dihantui" oleh ketidakpastian. Mulai dari perang dagang antara AS dan Tiongkok yang belum jelas ujungnya, isu seputar "brexit" yang dikabarkan bisa menyeret Inggris ke jurang resesi, kemelut politik di Argentina yang melorotkan nilai tukar Peso terhadap Dollar Amerika Serikat, hingga kekisruhan yang terjadi di Hongkong.
Semua itu adalah kabar negatif yang menandakan bahwa ekonomi global sedang memasuki masa resesi!
Walaupun begitu, LKH punya pandangan tersendiri tentang situasi terkini. Menurutnya, ini adalah waktu yang baik untuk berinvestasi. LKH menilai bahwa penurunan sukubunga sebesar 25 bps yang dilakukan Bank Indonesia beberapa waktu lalu dapat menggenjot perekonomian di Indonesia.
Secara implisit, hal itu akan berimbas pada kinerja saham di bursa. Makanya, situasi yang penuh gejolak dipandang sebagai "kesempatan emas" untuk meraup untung besar di bursa saham.
Hanya saja, memang diperlukan manajemen emosi yang kuat. Pasalnya, dalam situasi pasar yang sedang "terbakar", emosi yang dialami investor bisa menjadi "bumerang" bagi keputusan investasi yang diambilnya. LKH pun berbagi tips untuk menata hati dalam menghadapi kondisi demikian.
Menurut LKH, investor mesti memastikan bahwa saham yang dipilihnya berasal dari perusahaan yang benar-benar bagus kualitasnya. Kalau investor sudah merasa yakin bahwa saham yang akan dibelinya adalah saham yang bagus, tidak ada alasan untuk merisaukan "badai" yang sedang berkecamuk di bursa saham.