Berkat bantuan teknologi, investor tidak perlu lagi mengecek satu per satu informasi emiten, membaca laporan keuangan setiap perusahaan, atau sibuk melihat pertumbuhan bisnis dari tahun ke tahun.
5. "Butuh modal besar untuk membeli saham"
Ya, yang ini benar, hanya pada masa lalu. Sebab, kini jumlah satuan lot sudah dikurangi. Kalau dulu 1 lot saham isinya 500 lembar. Kini jumlahnya hanya 100 lembar.
6. "Tidak cocok untuk investor konservatif"
Sebetulnya saham cocok untuk semua tipe investor, baik itu konservatif, moderat, maupun agresif. Semua tipe tadi bisa disesuaikan dengan jenis saham yang dipilih.
Selain itu, andaikan terjadi krisis, saham-saham inilah yang akan lebih cepat "mantul" harganya. Sehari-hari, tingkat fluktuasi harganya juga cenderung rendah. Boleh dibilang, saham-saham ini cukup "ramah" untuk tipe investor yang menyukai pertumbuhan yang lambat dan tetap.
7. "Rawan dengan penipuan"
Ingat kasus manipulasi laporan keuangan Maskapai Garuda Indonesia yang heboh beberapa waktu lalu? Kasus tadi seyogyanya jadi pelajaran untuk semua investor bahwasanya investasi saham belum bebas sepenuhnya dari unsur penipuan.