Investor kawakan Tanah Air, Lo Kheng Hong, dikenal senang membaca buku. Ia mengaku punya sejumlah koleksi buku investasi di rumahnya. Pada waktu senggang, ia sering duduk membaca buku-buku tadi di halaman rumahnya. Kalau sudah "terhanyut" oleh isi buku, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Baginya, buku-buku tadi tak hanya "menyegarkan" ingatannya, tetapi juga memberinya "ilham" untuk berinvestasi saham.
Lo Kheng Hong menyebut rutinitasnya itu sebagai "R-T-I". "R-T-I" adalah singkatan dari "Reading", "Thinking", dan "Investing". Bagi investor saham seperti dirinya, kegiatan tadi sangat penting. Sebab, mayoritas keputusan investasinya didasarkan pada informasi yang dibacanya. Tanpa dibekali informasi yang akurat, sulit baginya untuk menemukan saham yang layak untuk investasi.
Makanya, Lo Kheng Hong tidak "berjudi" pada saat memilih sebuah saham. Semuanya diputuskan dari informasi yang didapatnya. Kalau data-data yang diperolehnya menunjukkan bahwa suatu saham punya prospek yang bagus, tanpa ragu, ia akan menanamkan modalnya di saham tadi.
Oleh karena terbiasa melakukan riset sebelum berinvestasi, Lo Kheng Hong sering mengkritik investor lain yang membeli saham hanya karena ikut-ikutan teman atau berdasarkan perasaan semata.Â
Menurutnya, kalau investor membeli saham tanpa memeriksa fundamental emitennya terlebih dulu, itu sama saja dengan beli kucing dalam karung. "Ada orang yang 'reading', tetapi tidak pernah 'investing'," katanya. "Sementara, ada pula orang yang sering 'investing', tetapi tidak pernah 'reading'."
Pesan yang disampaikan Lo Kheng Hong sekiranya relevan dengan perayaan Hari Buku Sedunia, yang jatuh pada tanggal 23 April. Seperti disebutkan Lo Kheng Hong sebelumnya, buku tak hanya memberinya ilmu, tetapi juga mampu membangkitkan inspirasi, termasuk pada saat ia akan berinvestasi. Saya yakin, tanpa dibekali buku-buku investasi yang berkualitas, Lo Kheng Hong tentu sulit meraih kesuksesan dalam berinvestasi saham.
Saya pun sependapat dengan Lo Kheng Hong. Bagi saya, buku adalah modal awal untuk berinvestasi. Makanya, untuk mengasah jurus berinvestasi, selain menghadiri seminar-seminar, saya juga sering membeli buku. Saya baca dan saya praktikkan ilmu di dalamnya. Berkat itu, portofolio yang saya kelola bertumbuh dengan baik.
Ada sejumlah buku investasi yang saya punya. Di antara sekian buku tadi, pada tulisan ini, saya hanya akan mengulas tiga judul. Menurut saya, tiga buku itu layak dibaca karena isinya mengulas beragam taktik investasi yang mumpuni. Ibarat ramuan ajaib, kalau kita mencoba strategi yang disampaikan di buku tadi, keuntungan boleh diharapkan.
Who Wants To Be A Smilling Investor
Buku ini "diracik" oleh Lukas Setia Atmaja dan Thomdean. Latar belakang pembuatannya terbilang unik. Buku ini berangkat dari sebuah "ironi". Lukas yang sehari-hari mengajar di Prasetya Mulya merasa miris melihat mahasiswanya sukar memahami istilah-istilah investasi yang jelimet. Akhirnya, untuk mengatasi masalah itu, ia terpikir membikin sebuah komik investasi yang mudah dipahami.
Dengan dibantu komikus Harian Kompas Thomdean, Lukas kemudian merumuskan konsep investasi yang rumit tersebut ke dalam bahasa yang lebih sederhana. Konsep tadi selanjutnya "diterjemahkan" Thomdean dalam bentuk kartun.
Biarpun dalam satu-dua kasus, hal itu bisa saja terjadi, bukan berarti orang bebas memperlakukan saham seperti "lotere". Sebab, sejatinya saham adalah bukti kepemilikan perusahaan. Kalau kita membeli saham, berarti kita ikut memiliki perusahaan tersebut.
"Fitrah" itulah yang diulas secara panjang-lebar dalam buku ini. Selain meluruskan pandangan tentang bursa saham, buku ini juga mengenalkan beragam seluk-beluk saham, seperti keuntungan berinvestasi, analisis yang dipakai untuk menimbang suatu saham, dan sejumlah strategi dalam menyeleksi saham. Singkatnya, buku ini tak hanya enak dibaca, tetapi juga membuka wawasan, terutama bagi investor saham pemula.
Secrets of Millionaire Investors
Buku lain yang juga layak disimak ialah Secrets of Millionaire Investors, yang ditulis oleh Adam Khoo dan Conrad Alvin Lim. Dari buku ini, saya belajar tentang kekuatan tren. Buku ini menjelaskan bahwa investor sebaiknya membeli saham yang trennya sedang naik. Jangan sekali-kali beli saham yang sedang turun harganya.
Pelajaran lain yang bisa dipetik dari buku ini adalah analisis yang digunakan saat memilih saham. Di dunia investasi saham dikenal dua macam analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental mencermati kondisi perusahaan, sementara analisis teknikal hanya memperhatikan naik-turunnya harga saham. Di buku ini dijelaskan secara lebih detail kedua macam analisis tadi.
Oleh karena bahasanya agak teknis, buku ini lebih ditujukan kepada investor yang sudah memahami dasar-dasar investasi saham.
How to Make Money in Stocks
Kalau dalam buku sebelumnya analisis fundamental dan teknikal dipaparkan secara terpisah, dalam buku yang ditulis oleh William J. Oneil ini, kedua analisis tadi justru digabungkan. Hanya bedanya, Oneil mengemasnya dengan akronim CANSLIM. CANSLIM sebetulnya adalah singkatan dari Current Quarterly Earning Per Share; Annual Earnings Increases; New Products, New Management, New High; Supply and Demand; Leader or Laggard; Institutional Sponsorship; dan Market Direction.
Sebagai sebuah sistem, CANSLIM bisa menjadi pemandu yang baik dalam menyeleksi saham. Saya pribadi menggunakan sistem ini untuk menentukan saham yang layak untuk investasi. Sejauh ini, sistem ini berhasil untuk saya. Saham-saham yang saya beli berdasarkan CANSLIM telah menghasilkan keuntungan di antara 5-10%. Sebuah tingkat keuntungan yang terbilang besar terutama kalau kita berinvestasi di instrumen yang notabenenya penuh risiko seperti saham.
Oleh karena keterbatasan ruang, saya tidak bisa menjelaskan semuanya di artikel ini. Kalau pembaca sekalian tertarik mempelajarinya, silakan beli bukunya secara langsung. Mungkin di toko buku biasa, buku ini tidak tersedia. Maka, coba cari di toko buku online.
Penutup
Berinvestasi di saham memang gampang-gampang susah. Gampang kalau kita sudah mengetahui kriteria saham yang layak investasi. Susah kalau kita sulit menjaga emosi kita. Makanya, di dunia saham, investor perlu bersikap bijak. Kebijaksanaanlah yang membedakan investor sejati dan investor kemarin sore.
Untuk mendapatkan kebijaksanaan tadi, investor bisa mulai membangun kebiasaan membaca. Kebiasaan ini sangat penting dipupuk dan dipelihara. Sebab, membaca tanpa investasi adalah sesuatu yang sia-sia, sementara investasi tanpa banyak membaca merupakan sesuatu yang berbahaya!
Selamat Hari Buku Sedunia
Salam hangat.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H