Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengintip "Kehidupan Baru" Setelah Mati Suri dalam Film "Homestay"

2 April 2019   10:09 Diperbarui: 2 April 2019   10:12 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, film yang berkualitas adalah film yang sulit ditebak jalan ceritanya. Biasanya, dalam menyaksikan sebuah film, saya sudah bisa "menerawang" akhirnya, biarpun baru menikmati setengah atau tiga per empat dari film tersebut.

Sebut saja film-film Marvel. Jangankan setengah, baru menonton seperempat saja, saya sudah mengetahui ending-nya dengan jelas: karakter superhero akan menang melawan para penjahat, dan dunia yang porak-poranda akan kembali damai. Titik. Sesederhana itu.

Namun, ada film-film lain yang susah sekali diprediksi ujung ceritanya. Meskipun sejumlah penerawangan "berseliweran" di pikiran saya, tetap saja saya keliru. Tebakan saya meleset jauh, dan kegelisahan saya terhadap alur film seperti terus "dipermainkan" oleh jalinan adegan yang susah diterka.

Di antara beberapa film tadi, film Homestay yang saya saksikan bersama teman-teman dari Komik Kompasiana termasuk jenis ini. Saya sebetulnya tidak menaruh harapan besar untuk film ini. Saya tahu, kalau saya terlalu berharap, sementara realita yang terjadi justru di luar harapan tadi, rasa kecewa tentu akan muncul.

Makanya, saya biarkan saja diri saya "dihanyutkan" oleh kisah hidup Min, yang menjadi tokoh utama dalam film ini. Min, yang diperankan dengan apik oleh Teeradon Supapunpinyo atau Jammy James, adalah seorang siswa SMA, yang sempat mengalami mati suri. Kematiannya pun menyisakan misteri.

Oleh Dewa Penjaga, sesosok jiwa yang "antah berantah" asalnya kemudian diberi kesempatan memasuki tubuh Min. Ia bisa hidup kembali dalam raga Min asalkan ia dapat menemukan alasan Min melakukan bunuh diri sebelumnya.

Sesosok jiwa tadi diberi waktu selama 100 hari untuk menyelidiki penyebab kematian Min. Kalau lewat dari waktu yang ditentukan, dan ia gagal menemukan jawabannya, ia mesti kembali ke alam baka. Sementara, jika berhasil, ia bisa menjalani hidup baru sebagai Min.

Kehidupan Min sendiri memang penuh teka-teki. Seiring berjalannya cerita, kita mulai mengintip kehidupan pribadinya. Kita akan berkenalan dengan mamanya yang lembut dan penyayang, papanya yang berprofesi sebagai guru, dan saudara lelakinya, yang "berjarak" dengannya.

Sekilas, keluarga Min baik-baik saja. Tidak ada ribut-ribut. Tidak ada "drama" yang terlalu berlebihan. Tidak ada trigger (pemicu) yang bisa menyebabkannya bunuh diri. Makanya, sosok jiwa yang kini bersemayam di tubuh Min sempat limbung. Ia bingung menyelidiki penyebab kematiannya.

Kalau bukan dari keluarga, boleh jadi, penyebabnya berasal dari lingkungan pertemanan. Di sekolah Min ternyata punya kedekatan dengan Pi. Pi, yang diperankan oleh Cherprang Areekul BNK48, adalah tutornya. Pi tergolong siswa yang cerdas. Ia termasuk siswa terpilih untuk kejuaraan olimpiade.

Kedekatan antara Min dan Pi akhirnya melahirkan rasa cinta. Mereka yang tadinya hanya teman belajar kemudian menjadi sepasang kekasih. Mungkinkah hubungan asmara khas remaja tersebut menyebabkan Min bunuh diri pada waktu sebelumnya? Silakan temukan jawaban selengkapnya dengan menyaksikan sendiri film ini.


Nuansa Horor

Biarpun tidak ada makhluk supranatural yang "bergentayangan", film Homestay cukup kental dengan nuansa horor. Betapa tidak! Film ini dibuka dengan adegan di kamar jenazah yang memperlihatkan sosok Min yang berjalan tertatih dan bernapas terengah layaknya zombie setelah ia bangkit dari kematian. Suasana gelap mencekam yang menyelimuti adegan tersebut seolah memancing persepsi awal penonton bahwasanya Homestay ialah film bergenre horor!

Hal itu tentu bisa dimaklumi. Pasalnya, Homestay lahir dari sentuhan sutradara Parkpoom Wongpoom. Parkpoom memang dikenal sebagai sutradara spesialis film-film horor Thailand. Sebut saja film Shutter, Alone dan Phobia, yang sempat menyita perhatian para penikmat film-film Thailand beberapa tahun lalu.

Film-film tadi tercipta berkat tangan dingin Parkpoom. Makanya, jangan heran, beberapa adegan memperlihatkan teknik jumpscare, yang umumnya banyak ditemui dalam film-film hantu.

Para pemeran dan sutradara film Homestay (sumber: dokumentasi Adica)
Para pemeran dan sutradara film Homestay (sumber: dokumentasi Adica)

Film berdurasi 132 menit ini sejatinya merupakan adaptasi dari novel bestseller Jepang karya Eto Mori. Butuh waktu satu dekade untuk Parkpoom akhirnya bisa mendapatkan lisensi dan izin mengadaptasi novel Eto Mori menjadi film Homestay.

Selain itu, film ini juga menunjukkan efek khusus yang canggih. Ada adegan yang memperlihatkan tokoh Min berjalan di dinding gedung, atau jam pasir yang terus menitik biarpun posisinya telah dibalik, atau butiran air yang melayang di udara. Semua itu memperlihatkan bahwasanya film ini telah memadukan teknologi CGI untuk menciptakan efek yang mampu "memanjakan" mata.

Hal itu sekaligus membuka "babak baru" dalam dunia perfilman Thailand. Dengan sejumlah visual efek yang mampu "membius" mata penonton demikian, film Homestay boleh jadi disebut sebagai "pelopor" untuk genre fantasi. Maka, ke depannya, boleh diharapkan akan muncul film-film lain yang mengusung genre demikian.

Kecanggihan visual efek tadi sesungguhnya hanya "bumbu" di dalam film. Ia bukan kekuatan utamanya. Kekuatan utama film Homestay tetap bertumpu pada cerita yang solid. Makanya, kekuatan tadi mampu memunculkan pesan moral tertentu. Seperti film-film Thailand lain, ada amanat yang bisa dibawa pulang oleh penonton selepas menyaksikan film ini.

Anak-anak di bawah umur 15 tahun perlu didampingi oleh orangtua pada saat menyaksikan film ini. Sebab, ada beberapa adegan yang cukup intim di dalam film. Film ini lebih cocok disaksikan oleh kalangan remaja dan dewasa, bukannya kanak-kanak.

Awalnya, saya hanya kasih ratting 7,5/10 untuk film ini. Namun, setelah selesai menontonnya, sepertinya saya mesti "merevisi" penilaian saya. Bolehlah saya beri nilai 9/10 karena film ini sudah berhasil "memorak-porandakan" asumsi di pikiran saya. Saya merekomendasikan Homestay sebagai sebuah film untuk mengisi waktu libur Anda.

Salam Hangat

Adica Wirawan

Referensi:

https://celebrity.okezone.com/read/2019/03/31/206/2037416/jajal-genre-baru-sutradara-film-shutter-comeback-lewat-homestay 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun