Namun, setelah saya menyimak pemaparan dari para pembicara, saya jadi "tercerahkan". Bahwasanya ada begitu banyak saham syariah yang beredar di BEI pada saat ini. Jumlah kapitalisasinya bahkan hampir separuh dari total semua saham yang tercatat di BEI, yakni kisaran 52,1% (2019).
Tak hanya dari segi kapitalisasi, jumlah investor saham syariah pun terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Sampai tulisan ini dibuat, ada 47.165 investor yang menanamkan modalnya di saham syariah. Hal itu jelas menandakan bahwa minat masyarakat untuk berinvestasi di saham syariah begitu besar.
Dalam beberapa tahun ke depan, bisa jadi, jumlah itu akan bertambah berkali-kali lipat. Hal itu tentu akan berdampak positif terhadap kinerja saham berbasis syariah. Sebab, kalau ada banyak investor yang bertransaksi di saham syariah, seiring dengan besarnya permintaan, harga sahamnya pun akan ikut-ikutan naik.
Pertumbuhan itu pun didukung oleh regulasi yang kuat dari Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia. Kedua lembaga tersebut sebelumnya telah berdiskusi panjang-lebar dengan Majelis Ulama Indonesia dalam menggodok regulasi untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa transaksi di pasar saham syariah itu aman.
Tak hanya saham-saham diseleksi secara ketat, proses transaksi di pasar saham syariah pun, seperti pemilihan bank untuk RDN dan ketentuan komisi yang diambil dari masing-masing perusahaan sekuritas, sudah diatur sesuai dengan ketentuan yang digariskan dalam prinsip syariah. Makanya, kredibilitas investasi di pasar saham syariah terjaga baik.
Jangkauan Harga Saham
Selain dari sisi regulasi, jangkau harga saham juga berpengaruh terhadap keputusan investor untuk bertransaksi di pasar saham syariah. Dulu saham susah dibeli karena harganya mahal. Maklum, pada masa lalu, satu lot isinya 500 lembar saham, dan kalau masyarakat membeli dalam jumlah yang besar, hal itu dirasa cukup memberatkan, terutama bagi investor ritel.
Namun, sejak tahun 2014, Bursa Efek Indonesia telah mengurangi porsi saham per lot-nya. Kini satu lot isinya seratus lembar saham. Dengan jumlah tersebut, saham jadi lebih terjangkau. Buktinya, dengan modal seratus ribu saja, sekarang masyarakat sudah bisa beli saham.
Bagi para milenial, terutama yang menghadiri acara tersebut, hal itu tentu menjadi kabar bagus. Sebab, dengan modal yang terbatas, mereka punya kesempatan untuk membeli saham, dan dengan mempunyai saham, berarti mereka sudah menjadi pemilik sebuah perusahaan. Keren kan?
Salam.