Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Cokelat Termanis dari Film "Forrest Gump"

14 Februari 2019   11:35 Diperbarui: 14 Februari 2019   21:24 2685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
film Forrest Gump (sumber: quotesyoung.com)

"Hidup itu seperti sekotak coklat," kata Forrest Gump, "Kau tak akan tahu yang mana yang akan kaudapat."

Kalimat itu terus "bergaung" di pikiran saya setiap saya teringat film Forrest Gump. Bagi saya, itu adalah sebuah film sederhana, yang menawarkan banyak sekali kebijaksanaan hidup. Makanya, biarpun telah menontonnya berulang-ulang, tetap saja, saya merasa selalu mendapat sebuah hikmah.

Forrest Gump sejatinya adalah film yang diangkat dari novel Winston Groom. Film yang dirilis tahun 1994 ini mengisahkan kehidupan lelaki bernama Forrest Gump (diperankan oleh Tom Hanks).

Semua kisah hidupnya bermula ketika Forrest, yang masih kecil, mendapat "diskriminasi" di lingkungan. Maklum, ia sedikit berbeda dengan anak seusianya. Ia terlahir sebagai anak bodoh, yang IQ-nya di bawah 80. Makanya, di mana-mana, ia selalu menjadi "sasaran empuk" perundungan.

Biarpun begitu, ibunda Gump (Sally Field) tetap memperlakukannya seperti anak normal lainnya. Sebagai orangtua tunggal, ia melakukan semua yang terbaik, termasuk menyekolahkan anaknya ke sekolah umum, bukan ke sekolah berkebutuhan khusus.

Ibunya selalu mengingatkan bahwa Forrest bukanlah anak bodoh, karena kebodohan bukan bawaan lahir. "Kebodohan berarti telah berbuat bodoh (stupid is as stupid does)." Demikian kata-kata yang sering diucapkannya. Gump yang lugu dan polos menerima kata-kata itu dengan penuh keyakinan. Semua perasaan mindernya pun terkikis berkat kata-kata sang bunda.

Bagi Gump, sosok ibunya ibarat sebuah mercusuar yang menghalau kegelapan. Sepanjang film, lewat narasi yang dituturkan Tom Hanks, ia terus mengulang petuah yang pernah disampaikan bundanya.

Petuah itu pun menjadi "bekal" untuk mengarungi kehidupannya sebagai orang dewasa kelak. Makanya, sedahsyat apapun badai kehidupan yang menerpanya, ia mampu bertahan. Semua itu berkat nasihat bundanya yang terus diingatnya.

Sewaktu duduk di bangku sekolah, Gump hanya punya satu teman, yaitu Jenny (Robin Wright). Mereka awalnya bertemu di bis sekolah. Sewaktu Gump berjalan mencari tempat duduk kosong di bis dan tidak ada seorang anak pun yang memberinya tempat duduk karena mereka tahu ia bodoh, Jenny hadir menawarkan kursi di sebelahnya.

Tanpa rasa sungkan dan malu, Jenny membiarkan Gump duduk di sampingnya. Saat anak-anak lain enggan berteman dengannya, mungkin hanya ia satu-satunya anak yang mau menerima Gump dengan semua kelebihan dan kekurangannya.

Dari Jenny, Gump belajar banyak hal, terutama soal "berlari". Saat sekolompok anak nakal datang melempari Gump dengan batu, Jenny menyuruhnya lari. "Run Forrest! Run!" Teriaknya, dan forrest pun berlari secepat kuda.


Biarpun bodoh, Gump ternyata memiliki sepasang kaki yang lincah. Ia mampu berlari dengan cepat, dan hal itulah yang kemudian membuatnya diterima sebagai mahasiswa di Univesitas Alabama. Di sana ia bergabung dengan tim football kampus. Ia diandalkan oleh teman-teman setimnya karena ia mampu berlari menghindari kejaran lawan.

Walaupun senang berlari, sejatinya Gump tidak pernah "lari" dari kenyataan. Ia berupaya menghadapi semua persoalan tanpa rasa gentar, termasuk sewaktu ia mesti ikut berperang di Vietnam dan diterpa badai saat mencari udang. Berbeda dengan Jenny. Karibnya yang terus berteriak "Run Forrest! Run!" manakala ada masalah itu justru lebih sering "lari" dari masalah.

Maklum, Jenny berasal dari keluarga miskin yang carut-marut. Ayahnya seorang pemabuk yang sering melakukan kekerasan, dan ia benci ayahnya. Makanya, setelah dewasa, ia menjelma menjadi "gadis gipsi", yang hidupnya menggelandang dari satu tempat ke tempat lainnya.

Setelah lulus kuliah, Gump masuk militer dan di sana, ia bertemu dengan "kembaran"-nya, Bubba. Disebut "kembaran" karena tingkah laku mereka sungguh mirip. Ke mana-mana mereka sering terlihat berdua. Tugas apapun, seperti menyikat lantai, merakit senjata, dan membersihkan kamar mandi, kerap dilakukan bersama.

Lewat interaksi itulah kemudian Gump lebih mengenal sahabatnya itu. Dari cerita Bubba, ia jadi tahu banyak tentang udang. Maklum, Bubba berasal dari keluarga yang "cinta" terhadap udang. Sejak bertahun-tahun, leluhurnya telah bekerja sebagai koki, yang sering menyediakan makanan dari bahan udang.

Jadi, jangan heran, Bubba hatam semua jenis udang serta berbagai olahannya. Saking sukanya, Bubba bahkan mengajak Gump untuk menjadi nelayan udang setelah mereka selesai di militer.

Tidak lama kemudian, perang Vietnam berkecamuk dan mereka dikirim menuntaskan perang tersebut. Di pos militer mereka bertemu dengan Letnan Dan, dan di bawah arahannyalah mereka maju menggempur markas Vietcong (tentara Vietnam). Mereka masuk ke hutan, dan di sana terjadi baku-tembak. Hujan peluru dan ledakan granat berseliweran di arena pertempuran.

Pada saat itulah aksi heroik Gump muncul. Alih-alih lari tunggang langgang menyelamatkan diri, Gump malah bantu menyelamatkan teman-temannya yang terkena luka tembak.

Dengan sekuat tenaga, Gump memanggul tubuh teman-temannya, lalu mengungsikannya ke tempat yang aman. Walaupun sudah berupaya keras, sayangnya, ia gagal menyelamatkan nyawa sahabatnya. Bubba tewas dalam peperangan itu.

Gump dan Bubba (sumber: https://m.media-amazon.com/images/M/MV5BNjE0MTFlNGEtYmUxZS00NTY5LTkyZTAtMWMzZjFmMDI5YzcxXkEyXkFqcGdeQXVyNDIzNDExOQ@@._V1_.jpg)
Gump dan Bubba (sumber: https://m.media-amazon.com/images/M/MV5BNjE0MTFlNGEtYmUxZS00NTY5LTkyZTAtMWMzZjFmMDI5YzcxXkEyXkFqcGdeQXVyNDIzNDExOQ@@._V1_.jpg)
Setelah perang berakhir, Gump mendapat medali atas aksi heroiknya, dan kemudian ia berjumpa lagi dengan Jenny. Pada saat itu, Jenny sudah banyak berubah. Ia kini sudah sedemikian "akrab" dengan alkohol, narkoba, dan seks bebas. Hidupnya sungguh kacau. Ia bukan Jenny yang dulu.

Namun, Gump tidak menjauhi Jenny hanya karena hidupnya berantakan. Ia tetap memperlakukannya sebagai seorang sahabat. Ia masih mencintai Jenny seperti dulu. Seperti saat mereka awalnya bertemu.

"Coklat Kehidupan"

Setelah selesai menonton Forrest Gump, saya sering menyandarkan punggung dan menarik napas yang dalam. Dalam pikiran saya berseliweran beberapa cuplikan kalimat di film, yang memuat ajaran kehidupan.

Di antara sekian banyak, mungkin cuplikan yang paling ikonik adalah "Hidup itu seperti sekotak coklat." Cuplikan itu menunjukkan bahwa kita tak pernah tahu peristiwa yang akan kita alami pada masa depan.

Buktinya, Gump yang pada masa kecilnya sering dicap idiot dan diragukan semua orang malah bisa memperlihatkan prestasi yang gemilang. Siapa yang menyangka kalau anak yang tumbuh di Alabama ini dapat memenangkan kejuaraan football di kampus, menjadi pahlawan perang, dan meraih kesuksesan sebagai pengusaha udang yang kaya raya ketika ia dewasa?

Sosok Gump yang digambarkan polos boleh dibilang merupakan anomali kehidupan. Ia yang bukan siapa-siapa sejak masih kecil kemudian menjelma menjadi pribadi yang memberi begitu banyak inspirasi kepada semua orang.

Biarpun hanya tokoh fiktif, karakter Gump mengajarkan kita untuk berani menjalani hidup. Ia tidak terlalu ruwet memikirkan masa depan. Ia hanya berupaya menjalani hidupnya sebaik mungkin.

"Saat aku ingin berlari, aku berlari; saat aku lapar, aku makan; dan, saat aku lelah, aku istirahat," kata Gump sewaktu ia berlari solo mengelilingi Amerika selama tiga tahun lebih. Pada saat itu, ia memutuskan berlari karena ia ingin berlari. Itu saja. Tidak ada alasan lain.

Forrest Gump berlari mengelilingi Amerika (sumber: https://static.parade.com/wp-content/uploads/2014/07/Forrest-Gump-running-ftr1.jpg)
Forrest Gump berlari mengelilingi Amerika (sumber: https://static.parade.com/wp-content/uploads/2014/07/Forrest-Gump-running-ftr1.jpg)
Makanya, orang-orang seperti Gump jauh dari kekhawatiran terhadap masa depan. Ia senantiasa terus mengingat pesan ibunya, yang berbunyi, "Kehidupan itu seperti sekotak coklat; kau tak tahu coklat mana yang akan kaudapat."

Jadi, daripada takut memperoleh "coklat" yang rasanya pahit, lebih baik ia terus berupaya sebaik mungkin, karena siapa tahu saja dengan berbuat begitu, ia bisa mendapat lebih banyak "coklat" yang enak rasanya.

"Bubba was my best good friend. And even I know that ain't something you can find just around the corner." Adalah kalimat lain yang ikut "tersangkut" di pikiran saya.

Gump menghormati dan menghargai teman-temannya. Ia berteman tanpa memandang ras, agama, dan ekonomi tertentu. Buktinya, ia berkawan dengan Bubba, yang notabenenya keturunan Afro-Amerika dan berasal dari kelas ekonomi bawah.

Saat Bubba membutuhkan pertolongannya di Perang Vietnam, Gump tidak meninggalkannya sendirian. Biarpun akhirnya Bubba mengembuskan napas terakhirnya, ia juga tetap setia memegang janjinya.

Setelah selesai perang, bersama Letnan Dan, Gump memulai perusahaan pencari udang, karena sebelumnya ia telah berjanji kepada Bubba akan menjalankan bisnis tersebut bersama. Kematian sahabatnya tidak melunturkan semangatnya, dan ia terus memegang kata-katanya.

Persahabatan Gump dan Bubba menunjukkan indahnya toleransi. Suatu hal yang seolah "hilang" di negeri ini. Toleransi mengajarkan penghormatan atas perbedaan. Setiap manusia terlahir berbeda, tetapi bukan berarti tidak bisa hidup rukun bersama-sama. Andaikan setiap orang bisa memelihara toleransi sebaik Gump dan Bubba, tentu dunia akan menjadi tempat yang lebih baik.

"Coklat" lain yang juga dibagikan di film tersebut ialah kesetiaan cinta. Gump tahu bahwa sudah sejak remaja, ia menyukai Jenny. Ia berusaha hadir menolong Jenny manakala ia mendapat kesulitan.

Forrest dan Jenny (sumber: http://www.trbimg.com/img-53d835a0/turbine/la-et-mn-forrest-gump-20th-anniversary-imax-re-001/750/750x422)
Forrest dan Jenny (sumber: http://www.trbimg.com/img-53d835a0/turbine/la-et-mn-forrest-gump-20th-anniversary-imax-re-001/750/750x422)
Meskipun Jenny telah berubah menjadi wanita gipsy yang liar, dan cintanya terus ditolak oleh Jenny, Gump tetap setia menanti waktu yang tepat. Bahkan saat Jenny enggan menerima pinangannya, tanpa rasa marah, Gump berkata, "I may not be a smart man, but I know what love is."

Gump mungkin bodoh. Namun, ia tetap manusia yang punya perasaan. Ia bisa memahami cinta seperti orang lain. Akan tetapi, ia sadar tidak bisa memaksakan cintanya kepada Jenny.

Menurut Gump, mungkin itu cinta yang egois, bukan cinta yang murni dan tulis. Makanya, ia tak keberatan menunggu sekian tahun sampai Jenny mau membuka "pintu hati"-nya untuknya.

Saya pikir, itulah "coklat termanis" yang bisa ditawarkan dari film tersebut. Itulah cinta yang sesungguhnya. Cinta yang ikhlas, tanpa syarat, dan tentunya langka sekali di dunia ini. Ibarat perhiasan, itu adalah "cinta 24 karat". Semoga saja bermunculan lebih banyak cinta demikian di tengah masyarat. Biar dunia menjadi lebih indah, lebih damai, dan lebih bahagia.

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun