Nama Nastasia Urbano barangkali terdengar asing saat ini. Namun, pada era 1980-an, nama tersebut "berkibar" ibarat bendera di dunia fashion.
Maklum, Nastasia memang dikenal sebagai model papan atas, yang banyak menghiasi sampul majalah-majalah fashion kelas dunia, seperti Vogue.
Boleh dibilang, era 80-an adalah masa keemasan Nastasia Urbano. Disebut demikian karena ia tak hanya menjadi pusat perhatian dunia, tapi juga mendapat banyak kemewahan.
Dalam sebuah wawancara, ia menyebut bisa menghasilkan 1 juta USD hanya dengan bekerja selama 20 hari, dan uang tersebut cukup membiayai hidupnya selama setahun.
Gaya hidup Nastasia pun meningkat. Oleh karena mempunyai kekayaan yang berlimpah, ia dan suaminya hidup sangat konsumtif. Mereka menghabiskan uang untuk barang-barang mewah, seperti mobil, rumah, dan pakaian.
Gaya hidup tersebut terus berlanjut walaupun nama Nastasia mulai "surut" di dunia model. Akibatnya sudah bisa ditebak. Mereka akhirnya terjerat krisis ekonomi, dan jatuh dalam titik nadir kehidupan.
Kini, setelah namanya tenggelam selama hampir tiga dekade, Nastasia dikabarkan menjadi tunawisma di Barcelona, Spanyol. Di kota asal klub kaya FC Barcelona itu, Nastasia yang kini berusia 57 tahun susah dapat penghidupan yang layak, dan harus tidur di emperan bank setiap malam.
Sebuah akhir yang sedih untuk model superstar yang dulunya hidup mapan dan bergelimang materi.
Sewaktu mendengar cerita Nastasia, pikiran saya tiba-tiba teringat pada sosok Chris Gardner. Kisah keduanya kurang-lebih mirip, hanya urutannya saja yang berbeda. Kalau Nastasia dielu-elukan oleh dunia pada tahun 1980-an, Chris bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang sales, yang berjuang menawarkan alat kesehatan kepada dokter di sejumlah rumah sakit.
Saat Nastasia bepergian dengan nyaman ke manapun naik BMW, Chris mesti berjibaku menghadapi padatnya kereta bawah tanah agar ia bisa tiba di tempat kerja. Untuk mengirit ongkos, Chris pun terbiasa berjalan kaki. Ia enggan naik taksi, lantaran ia tahu kalau ia pergi naik taksi, sudah pasti tidak akan ada cukup uang untuk makan dan kebutuhan lain.
Ketika Nastasia dan suaminya tinggal di rumah yang mewah, Chris dan keluarga kecilnya mesti menetap di kontrakan yang sederhana. Di sana, bersama istri dan putranya, ia mesti makan secukupnya dan menjalani hidup apa adanya. Oleh karena punya sedikit sekali uang, ia sering berkelit sewaktu pemilik kontrakan menggedor-gedor pintu, berusaha menagih uang sewa.