Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menyeleksi Saham Mesti Secermat Memilih Moderator Debat Pilpres?

28 Januari 2019   10:09 Diperbarui: 30 Januari 2019   08:24 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pertumbuhan saham sido (sumber: dokumentasi Adica)

Namun, "haluan investasi" Buffett mulai bergeser setelah ia membeli saham Apple. Padahal, Apple ialah saham dari perusahaan teknologi tinggi. Sebuah tipikal saham yang selalu dihindarinya selama bertahun-tahun. Jadi, mengapa investor kawakan tersebut akhirnya justru memilih saham itu?

Dalam sebuah kesempatan, Buffett menjelaskan bahwa ia membeli saham apple karena Apple punya track record yang baik dalam membagikan deviden. Produsen Iphone itu diketahui memang rajin memberikan deviden kepada para pemegang sahamnya.

Hal itulah yang kemudian menjadi satu pertimbangan Buffett untuk memboyong sahamnya. Bagi Buffett, perusahaan yang gemar menyetorkan deviden mencerminkan perusahaan yang dikelola dengan baik.

Selain intensitas pembagian deviden, kita juga mesti mempertimbangkan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan itu dilihat dari peningkatan Earning Per Share alias EPS. Belilah saham-saham yang EPS-nya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebab, harga saham-nya pun akan terkerek mengikuti peningkatan EPS.

Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) bisa menjadi contoh yang baik. Sido Muncul melepas saham perdana (IPO) pada tanggal 18 Desember 2013 dengan harga Rp 580/saham. Pada awal perdagangan, harga sahamnya memang terus naik. Sampai, pada suatu waktu, nilainya turun dan itu berlangsung sepanjang tahun 2015-2017. Ada begitu banyak investor yang melepas sahamnya, alih-alih terus menggenggamnya.

Apakah kinerja perusahaan begitu jelek sehingga investor enggan membeli sahamnya? Tidak juga. Sebab, seiring berjalannya waktu, perusahaan mencatatkan EPS yang terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, EPS-nya tercatat 27; 2015, EPS-nya 29; 2016, EPS-nya 32; dan, 2017, EPS-nya 35. Selama empat tahun terakhir, perusahaan terus menuai untung besar. Makanya, jangan heran, harga sahamnya, yang tadinya dihargai di kisaran Rp 500/saham, ikut terdongkrak pada tahun 2018.

pertumbuhan saham sido (sumber: dokumentasi Adica)
pertumbuhan saham sido (sumber: dokumentasi Adica)
Saham SIDO jelas mempunyai track record yang baik dalam hal pertumbuhan EPS. Saham tersebut bisa dikategorikan memiliki fundamental yang bagus dan layak dikoleksi. Dengan mengoleksi sahamnya, investor berpeluangan besar menuai lebih banyak keuntungan.

Dari situ kita bisa menarik simpulan bahwa pengecekan track record sebuah saham seharusnya dilakukan sebaik mungkin sebelum investor membelinya. Seperti KPU yang mengawasi secara ketat track record calon moderator untuk Debat Pilpres, hal itu tentu bertujuan meminimalkan kesalahan berinvestasi saham. 

Dengan memeriksa track record-nya, investor bisa lebih mentap membeli saham, sebab ia merasa yakin telah memilih saham yang tepat. Saham yang akan memberi lebih banyak cuan untuk investasinya.

Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Referensi:
Jadi Moderator Debat Kedua, Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki Merasa Tersanjung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun