Nah, masalahnya, sangat sedikit orang yang kompeten dalam menyeleksi saham terbaik. Jadi, kalau asal mendengarkan rekomendasi dari orang yang belum tentu ahli di bidangnya tanpa mempertimbangkan aspek lain, bisa-bisa investor menanggung kerugian.
Independensi jelas diperlukan sewaktu investor memilih saham. Investor mesti menentukan sikapnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Oleh sebab itu, dalam urusan investasi saham, investor seharusnya melakukan riset terlebih dulu terhadap saham yang akan diborongnya, serta berwenang sepenuhnya menentukan suatu keputusan investasi. Hal ini jauh lebih "aman" daripada investor hanya "mengekor" orang lain yang belum tentu mengetahui saham terbaik yang layak dibeli.
Jadi, biarpun sama-sama dipengaruhi oleh social proof, keputusan seseorang dalam mengikuti 10yearschallenge jelas berbeda dampaknya kalau dibandingkan dengan keputusan investasi saham. Pada 10yearschallenge, orang-orang tertarik ikut hanya untuk meramaikan dan mencari kesenangan.
Beda kasusnya dengan investasi saham. Sebab, bagi investor, keputusan investasi akan berdampak pada dua hal: keuntungan dan kerugian. Jadi, agar terhindar dari kerugian, investor saham sebaiknya melakukan kroscek terhadap kualitas saham yang akan dipilihnya, daripada membeli saham hanya karena faktor teman semata.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H