Sebaliknya, jika tidak ada, atau malah jajaran manajemen mulai menjual saham-sahamnya tanpa alasan yang jelas, sebaiknya jauhi saham perusahaan tersebut. Kalau manajemennya yang tahu seluk-beluk perusahaan saja tidak ingin mengoleksi sahamnya, mengapa kita tertarik memilikinya?
Hal lain yang juga bisa menjadi bahan pertimbangan adalah konsistensi membagi deviden. Sebetulnya di bursa saham, tidak ada aturan yang mewajibkan emiten untuk menyetorkan deviden kepada pemegang saham.Â
Pemberian deviden umumnya dilakukan manakala perusahaan untung besar, sehingga punya cukup dana untuk melanjutkan kegiatan operasional pada periode berikutnya.
Namun, ada sejumlah perusahaan yang memiliki "tradisi" membagikan emiten setiap tahun. Baik kondisi kas perusahaan sedang tokcer maupun lesu, manajemen menyisakan keuntungan untuk dibagikan kepada pemegang saham. Semua itu boleh dipandang sebagai "itikad baik" dari manajemen agar para pemegang saham juga menikmati keuntungan yang diperoleh.
Biarpun porsi pembagian deviden berbeda-beda, upaya itu tentu mencerminkan tata kelola perusahaan yang baik. Sebab, manajemen masih peduli terhadap para pemegang sahamnya. Bukankah lebih baik kalau kita punya saham dari perusahaan yang dikelola oleh manajemen yang menunjukkan kepedulian begitu?
Seperti disinggung di awal, langkah Klopp dalam membesut Liverpool bisa menjadi inspirasi bagi siapapun, termasuk jajaran manajemen perusahaan. Bahwa di tangan manajemen yang punya integritas dan kapasitas seperti itu, pertumbuhan suatu usaha bisa diharapkan terjadi.Â
Makanya, tata kelola yang baik alias GCG adalah sebuah kunci bagi kesuksesan usaha, dan hal itu pun seyogyanya menjadi satu pertimbangan utama untuk para investor sebelum menanamkan dananya di perusahaan tertentu.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa Â
Refensi:
 https://www.idx.co.id/media/3903/cpin.pdf