"Kalau kita banyak membaca, kita jadi banyak tahu; kalau kita banyak tahu, kita dekat dengan kepintaran. Orang yang dekat dengan kepintaran, ia dekat dengan kekayaan."
Kata-kata itu disampaikan oleh Lo Kheng Hong dalam sebuah talk show di Ukrida beberapa tahun lalu. Walaupun kalimatnya terkesan sederhana, ia tentu tidak asal bicara. Baginya, membaca itu tak hanya membuka wawasan, tetapi juga "mendongkrak" kekayaannya.
Bagaimana bisa hanya dengan membaca kita jadi kaya? Ternyata bisa, dan itu sudah dibuktikan sendiri oleh Lo Kheng Hong. Lo Kheng Hong sendiri memang diketahui gemar membaca. Ia menghabiskan waktu sekitar enam jam sehari untuk membaca.
Lo Kheng Hong mempunyai sebuah taman kecil yang asri di rumahnya, dan ia menghabiskan banyak waktunya di situ dengan membaca, membaca, dan membaca. Ada berbagai macam bacaan yang "dilahapnya". Mayoritas memang "berbau" keuangan dan investasi, seperti koran khusus ekonomi, laporan keuangan perusahaan, dan buku-buku investasi, khususnya yang menguak kehidupan Warren Buffett, "investor legendaris" dari Amerika Serikat, yang juga idolanya.
Lo Kheng Hong mengaku "haus" akan informasi. Makanya, setiap hari, ia tak jenuh-jenuhnya membaca beragam artikel, terutama yang menunjukkan kinerja perusahaan-perusahaan yang diminatinya.
Bagi Lo Kheng Hong, kegiatan itu menjadi semacam "barometer" untuk menyeleksi saham. Kalau ia menemukan satu saham yang menarik, biasanya ia akan mencari semua informasi tentangnya, dan kalau proses seleksi sudah oke, barulah ia "menggelontorkan" uangnya untuk membeli saham tersebut.
Hal itu terus diulangi Lo Kheng Hong sejak dulu, hingga itu sudah jadi kebiasaan yang mendarah daging. Uniknya, berkat kebiasaan itu pulalah, ia mampu menemukan perusahaan yang bertumbuh, dan dana yang ditanamnya di perusahaan itu bertambah berkali-kali lipat, seiring meningkatnya harga saham di lantai bursa. Berkat kelihaiannya dalam memilih saham, jangan heran kalau kemudian ia dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia.
Sebagai seorang yang hobi membaca, pengalaman yang disampaikan Lo Kheng Hong di atas telah membuka "horison baru" dalam pikiran saya. Bahwa membaca itu ternyata lebih dari sekadar memperkaya wawasan, tetapi juga mampu meningkatkan penghasilan.Â
Dengan banyak-banyak membaca, kita jadi semakin tahu; dan kalau kita semakin tahu, kita semakin mudah mencapai kekayaan. Bukankah orang yang punya banyak ilmu, memiliki banyak cara untuk mewujudkan keinginannya? Ternyata ada "simbiosis" yang kuat antara pengetahuan dan kekayaan.
Kebiasaan membaca memang perlu ditumbuhkan, dipupuk, dan dipelihara. Satu di antaranya ialah dengan mengunjungi bazar buku. Di sana, kita biasanya akan menemukan buku bagus dengan harga murah.
Satu bazar buku yang baru kemarin saya kunjungi adalah The Readers Fest, yang diselenggarakan oleh Gramedia.com. Bazar buku yang dilangsung di Gedung Tjipta Niaga Kota Tua dari tanggal 1-7 Oktober itu memang menawarkan buku dengan "harga miring", kisaran Rp 10.000-30.000 saja.
Oleh karena punya cukup banyak waktu setelah menghadiri sebuah event, saya memutuskan menyambangi bazar itu naik KRL. Saya turun di Stasiun Jakartakota, lalu lanjut ke lokasi dengan jalan kaki, lantaran jaraknya terbilang dekat, sekitar 600 meter dari stasiun.
Mengapa saya memilih ketiga buku itu di antara puluhan, atau bahkan ratusan buku yang dipanjang di bazar tersebut? Karena mereka "memperkaya" saya dalam ketiga aspek berikut.
Memperkaya Pikiran
Whatever You Think, Think The Opposite adalah buku yang unik. Ia ditulis oleh Paul Arden, seorang pemikir kreatif, dan Paul tahu cara menyampaikan "gagasan nyeleneh", yang menjungkirbalikkan persepsi kita selama ini.
Bertahun-tahun kemudia Penerbit Gramedia Pustaka Utama membeli hak terbitnya, dan menerbitkannya. Saya sempat melihatnya di toko buku. Namun, lagi-lagi saya berhalangan membelinya. Kalau dulu terkendala stok buku, kini soal harga, yang tidak "akur" dengan isi dompet saya.
Akhirnya, niatan untuk membeli buku itu "tidur" di pikiran saya, hingga akhirnya ia terbangun kembali sewaktu saya menemukannya di bazar kemarin. Oleh karena dihargai murah---sangat murah bahkan, tanpa pikir panjang, saya langsung menyambarnya.
Memperkaya Rasa
Sudah sejak lama saya membaca cerpen-cerpen karya Agus Noor baik yang sering nongol di Harian Kompas maupun yang sudah dibukukan. Bagi saya, cerpen-cerpennya unik, susah ditebak, dan sering "menjebak".
Memperkaya Materi
Buku terakhir yang saya bawa pulang adalah Secrets of Millionaire Investors. Ia ditulis oleh Adam Khoo dan Conrad Alvin Lim, berisi tentang "jurus-jurus" berinvestasi saham.
Seperti kata-kata Lo Kheng Hong di awal, membaca itu ternyata tak melulu memperkaya wawasan, tetapi juga materi yang kita miliki. Saya membaca hampir setiap hari, karena saya merasa membaca itu membikin saya lebih banyak tahu, mampu memperkaya pikiran, perasaan, dan materi. Jadi, semakin berkualitas bacaan yang kita liput, semakin berkualitas pula hidup kita.
Salam
 Adica Wirawan, Founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H