Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sisi Lain "Tarian Sakral" di Torch Relay Asian Games 2018

10 Agustus 2018   10:09 Diperbarui: 10 Agustus 2018   15:26 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acara pengambilan api Asian Games 2018 di India menyisakan sebuah cerita unik. Apalagi kalau kita tahu ada "tarian sakral" yang dibawakan dalam prosesi tersebut. Sebuah tarian yang dinilai "sarat makna" dan punya "cerita magis" di dalamnya.

Tarian yang saya maksud adalah tarian Hanoman Obong. Tarian itu dibawakan oleh 20 orang pemuda, yang berasal dari Vikan Budaya Art Management. 

Sebuah manajemen seni yang sering diminta tampil membawakan berbagai kesenian di sejumlah negara seperti India, Tiongkok, Malaysia, dan Australia.

Pada tanggal 6 Agustus lalu, saya berkesempatan mewawancarai Komang Agus Setiawan, seorang penari yang terlibat dalam pertunjukkan tersebut. Kepada saya, pemuda berusia 25 tahun itu menceritakan serangkaian kisah tentang tarian Hanoman Obong yang jarang "dikuak" oleh media.

Komang menuturkan partisipasi Vikan Budaya Art Manajemen dalam Torch Relay Asian Games 2018 bermula setelah Vikan berhasil memenangkan tender dari PT Creative Idea Convex. "Pada saat itu, PT Creative menawarkan tender kepada lima sanggar tari," katanya. "Namun, setelah diseleksi, akhirnya mereka memilih Vikan sebagai pemenang karena mungkin kami lebih luwes membawakan konsep tarian."

Setelah Vikan mendapat kepercayaan itu, latihan pun dimulai. Di bawah bimbingan Anak Agung Rai Susila Panji, seorang guru tari, sebanyak 20 pemuda, termasuk Komang, berlatih membawakan tarian selama dua minggu.

Komang menuturkan masa latihan memang terbilang singkat, sebab para penarinya sudah terbiasa menampilkan tarian sejenis. Makanya, latihan hanya bertujuan "memoles" gerakan dan "mematangkan" konsep tarian.

Sarat Makna

Sebagai pemuda Bali yang kini menggeluti kesenian, Komang menyebut bahwa tarian yang ditampilkan di Stadium The Major Dhyan Chand National, India, pada tanggal 15 Juli 2018 itu mengandung makna filosofis yang dalam.

Sebab, tarian itu diinspirasi dari nukilan epik Ramayana. Sebuah epik asal India yang sudah terkenal seantero dunia. Dalam nukilan itu dikisahkan Sri Rama menitahkan Hanoman untuk pergi ke Alengka. Alengka adalah sebuah kota tempat Sita, istri dari Sri Rama, ditawan oleh Rahwana.


Atas perintah itu, berangkatlah Hanoman sendirian ke Alengka. Di sana ia berhasil menyusup masuk dan menemui Sita. Namun, saat akan pergi meninggalkan tempat itu, ia tertangkap oleh pasukan Rahwana.

Rahwana kemudian menjatuhkan hukuman. Ekor Hanoman pun dibakar. Ia tampak kalap sewaktu ekornya disulut api. Oleh karena memiliki kesaktian, ia mampu memanfaatkan api itu dan membakar balik Kota Alengka. Dalam sehari semalam, kota itu pun hangus dilalap si jago merah.

Menurut Komang, kisah itu sarat dengan simbol. Ia selanjutnya menjelaskan Alengka adalah "simbol keburukan". Sebab, di situ tinggal makhluk-makhluk berwatak buruk seperti Rahwana. "Jadi, sebetulnya api yang digunakan Hanoman bertujuan membakar keburukan," katanya.

Oleh karena bersifat "sakral", tarian yang ditampilkan selama 7 menit itu dibawakan dengan cermat. Walaupun sempat terjadi penyesuaian dalam konsep cerita dan busana yang dipakai demi menghormati kebudayaan India, para penari berupaya menghadirkan esensinya secara utuh. Makanya, proses pengambilan nyala api Asian Games 2018 di India boleh dianggap sebagai upaya "membakar" semua rintangan selama acara dan menghadirkan kebaikan untuk sesama.

Respon Masyarakat India 

Komang mengaku sempat waswas menampilkan tarian Hanoman Obong. Sebab, masyarakat India bisa bersikap "janggal" terhadap tokoh-tokoh di dalam tarian tersebut. Maklum saja, masyarakat India dikenal lebih mengutamakan kepercayaan daripada agama. 

Makanya, jangan heran kalau ada orang India yang sampai memberi hormat sedemikian "takzim" sewaktu melihat pemeran tokoh Hanoman. "Mereka bahkan menyampaikan hormat sambil menyentuh kaki," kata Komang.

Sebaliknya, kalau yang ditemui adalah tokoh antagonis, macam Rahwana, masyarakat bisa menyerangnya secara brutal walaupun ia hanyalah seorang aktor. Oleh sebab itu, pemeran tokoh Rahwana mendapat pengawalan ketat. Semua itu dilakukan demi memastikan keamanan dan keselamatan para pemeran.

"Namun, secara keseluruhan, masyarakat India sangat excited," kata Komang. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan perasaan takjub itu juga muncul berkat keseriusan panitia Asian Games 2018 sewaktu mengawal api yang diambil dari India ke Indonesia. Api yang sudah diperoleh sampai dimasukkan ke dalam tinder box yang dirancang secara khusus, seperti "kotak antibadai", dan tetap dibiarkan menyala selama di pesawat.


Jika berkaca pada perhelatan sebelumnya, belum ada panitia Asian Games, yang sampai memperlakukan proses pengambilan api seperti itu. Dalam Asian Games di Guangzhou, Tiongkok (2010) dan di Incheon, Korea (2014), misalnya, pengambilan nyala api dari India hanya dilakukan secara simbolis. Makanya, api yang dibawa ke negara tersebut aslinya bukan berasal dari India.

Hal itu tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Apalagi, dalam perjalanan kembali ke tanah air, pesawat yang membawa nyala api Asian Games 2018 sampai mendapat pengawalan khusus dari pesawat tempur T50i Golden Eagle. Selanjutnya api tersebut diarak secara maraton melewati 18 provinsi dan 50 kota di Indonesia.

Harapan Asian Games 2018

Jelang pagelaran Asian Games yang akan dimulai beberapa minggu lagi, Komang berharap masyarakat berkontribusi aktif. Walaupun berbeda latar belakang, masyarakat diharapkan mampu menyatukan energi untuk menyukseskan Asian Games 2018. 

Sebagai seorang seniman, ia juga berharap pemerintah dapat memperkuat, memperkokoh, dan meningkatkan kesenian di tanah air. Jangan sampai aset budaya tersebut diakui oleh bangsa lain, seperti pada kasus yang sudah-sudah.

Harapan itu tentunya bisa menjadi "doa" bagi semua atlet Indonesia yang akan bertanding di Asian Games 2018. Apalagi, dalam perhelatan kali ini, Indonesia kembali terpilih menjadi tuan rumah.

Sebagaimana diketahui, Asian Games 2018 diselenggarakan di dua kota, yaitu Jakarta dan Palembang. Ajang olahraga terakbar di Benua Asia itu akan dimulai dari tanggal 18 Agustus - 2 September 2018. 

Ada 40 cabang olahraga yang akan dipertandingkan, yang terdiri dari 32 cabang Olimpiade dan 8 cabang olahraga nonolimpiade. Jumlah tersebut jelas lebih banyak dari pagelaran Asian Games sebelumnya di tempat yang sama.

Sebelumnya, Indonesia tercatat pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962. Pada saat itu, Indonesia berhasil mengukir prestasi setelah bercokol di peringkat 2 klasemen. Hal itu tentunya menjadi momen yang terus dikenang, dan masyarakat Indonesia pastinya berharap "sejarah baru" akan tercipta pada pagelaran kali ini.

Semoga.

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun