Rahwana kemudian menjatuhkan hukuman. Ekor Hanoman pun dibakar. Ia tampak kalap sewaktu ekornya disulut api. Oleh karena memiliki kesaktian, ia mampu memanfaatkan api itu dan membakar balik Kota Alengka. Dalam sehari semalam, kota itu pun hangus dilalap si jago merah.
Menurut Komang, kisah itu sarat dengan simbol. Ia selanjutnya menjelaskan Alengka adalah "simbol keburukan". Sebab, di situ tinggal makhluk-makhluk berwatak buruk seperti Rahwana. "Jadi, sebetulnya api yang digunakan Hanoman bertujuan membakar keburukan," katanya.
Oleh karena bersifat "sakral", tarian yang ditampilkan selama 7 menit itu dibawakan dengan cermat. Walaupun sempat terjadi penyesuaian dalam konsep cerita dan busana yang dipakai demi menghormati kebudayaan India, para penari berupaya menghadirkan esensinya secara utuh. Makanya, proses pengambilan nyala api Asian Games 2018 di India boleh dianggap sebagai upaya "membakar" semua rintangan selama acara dan menghadirkan kebaikan untuk sesama.
Respon Masyarakat IndiaÂ
Komang mengaku sempat waswas menampilkan tarian Hanoman Obong. Sebab, masyarakat India bisa bersikap "janggal" terhadap tokoh-tokoh di dalam tarian tersebut. Maklum saja, masyarakat India dikenal lebih mengutamakan kepercayaan daripada agama.Â
Makanya, jangan heran kalau ada orang India yang sampai memberi hormat sedemikian "takzim" sewaktu melihat pemeran tokoh Hanoman. "Mereka bahkan menyampaikan hormat sambil menyentuh kaki," kata Komang.
Sebaliknya, kalau yang ditemui adalah tokoh antagonis, macam Rahwana, masyarakat bisa menyerangnya secara brutal walaupun ia hanyalah seorang aktor. Oleh sebab itu, pemeran tokoh Rahwana mendapat pengawalan ketat. Semua itu dilakukan demi memastikan keamanan dan keselamatan para pemeran.
"Namun, secara keseluruhan, masyarakat India sangat excited," kata Komang.Â
Lebih lanjut, ia menjelaskan perasaan takjub itu juga muncul berkat keseriusan panitia Asian Games 2018 sewaktu mengawal api yang diambil dari India ke Indonesia. Api yang sudah diperoleh sampai dimasukkan ke dalam tinder box yang dirancang secara khusus, seperti "kotak antibadai", dan tetap dibiarkan menyala selama di pesawat.
Jika berkaca pada perhelatan sebelumnya, belum ada panitia Asian Games, yang sampai memperlakukan proses pengambilan api seperti itu. Dalam Asian Games di Guangzhou, Tiongkok (2010) dan di Incheon, Korea (2014), misalnya, pengambilan nyala api dari India hanya dilakukan secara simbolis. Makanya, api yang dibawa ke negara tersebut aslinya bukan berasal dari India.
Hal itu tentunya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Apalagi, dalam perjalanan kembali ke tanah air, pesawat yang membawa nyala api Asian Games 2018 sampai mendapat pengawalan khusus dari pesawat tempur T50i Golden Eagle. Selanjutnya api tersebut diarak secara maraton melewati 18 provinsi dan 50 kota di Indonesia.