Menemukan pekerjaan yang pas bukanlah hal yang mudah. Ada sejumlah faktor, yang membikin kita merasa "betah" menekuni sebuah pekerjaan, seperti perlakuan atasan, interaksi teman sekantor, hingga beban kerja. Semua itu memang mempengaruhi tingkat kepuasan bekerja.Â
Pekerjaan terasa ideal manakala kita mendapat bos yang murah hati, teman kerja yang saling dukung, dan beban kerja yang sesuai dengan kapasitas diri kita. Kalau semua syarat itu terpenuhi, peluang kita untuk "banting stir" dalam pekerjaan tentu akan kecil.
Namun demikian, ada satu hal yang luput dari perhatian, yaitu kesesuaian antara kepribadian dan profesi yang ditekuni. Ternyata kepribadian juga berpengaruh terhadap tingkat kepuasan terhadap pekerjaan. Setidaknya itulah yang saya baca dalam buku Pribadimu Profesimu, yang ditulis Paul D Tieger, Barbara Barron, dan Kelly Tieger. Di dalam buku ini, saya menemukan sebuah pekerjaan bisa terasa menyiksa kalau pekerjaan itu bertentangan dengan kepribadian kita.
Walaupun baru membaca secara sekilas, saya menilai buku ini punya keunikan. Ia tak hanya membahas profil kepribadian layaknya buku-buku pengembangan diri lain, tetapi juga "menuntun" kita untuk menemukan pekerjaan yang cocok dengan kepribadian kita.Â
Di dalamnya kita diminta menyingkap kepribadian sendiri lewat uraian yang detail dan contoh-contoh. Makanya, sewaktu membaca buku ini, kita seolah "bercermin" pada diri sendiri.
Teori kepribadian yang disampaikan dalam buku ini "berpijak" pada teori yang dikembangkan Kethrine Briggs dan Isabelle Briggs Mayer sewaktu keduanya mengembangkan tes Mayer-Briggs Type Indicator (MBTI), yang populer di masyarakat. Makanya, ada sejumlah istilah yang tentunya sudah "akrab" di telinga, seperti introver dan ekstrover.
Sejatinya istilah itu muncul karena Kethrine dan Isabelle terinspirasi oleh teori Carl Jung. Dalam sebuah tulisannya Jung menyebut manusia dibedakan atas yang berkepribadian terbuka (ekstrover) dan yang berkepribadian tertutup (introver). Itulah titik awal proses "pembedahan" kepribadian manusia. Dari situlah, Kethrine dan Isabelle kemudian mengembangkannya lebih jauh.
Oleh karena konsep yang ditawarkan Jung begitu sederhana, Kethrine dan Isabelle menambahkan dimensi lainnya. Secara garis besar, ada empat dimensi yang dikemukakan Kethrine dan Isabelle.
Pertama, dimensi tentang cara kita berinteraksi dengan dunia dan ke mana kita mengarahkan energi. Berdasarkan dimensi itu, manusia dibedakan atas extraversion yang disimbolkan dengan huruf (E) dan introversion (I). Extraversion identik dengan ekstrover, sementara introvesion serupa dengan introver.
Kedua, dimensi tentang jenis informasi yang biasanya kita perhatikan. Berdasarkan dimensi ini, ada orang yang mencerap informasi berdasarkan pancaindera (sensing), yang dilambangkan dengan huruf (S). Biasanya tipe ini bersifat realistis karena ia hanya hidup berdasarkan sesuatu yang bisa dilihat, diraba, dicium, didengar, dan dikecapnya. Namun, ada juga yang mengandalkan intuisi (intuition) yang disimbolkan dengan huruf (N) untuk mencerap informasi. Umumnya, tipe ini punya watak senang mengandalkan visinya.
Ketiga, dimensi tentang cara kita mengambil keputusan. Berdasarkan dimensi ini, orang dibedakan atas tipe pemikiran (thinking) yang dilambangkan dengan huruf (T) dan perasaan (feeling) yang disimbolkankan dengan huruf (F).
Sementara itu, keempat, dimensi tentang apakah kita lebih memilih hidup secara terstruktur atau spontan. Berdasarkan dimensi ini, manusia dibedakan atas tipe penilaian (judging) yang dilambangkan dengan huruf (J) dan pengamatan (perceiving) yang dilambangkan dengan huruf (P).
Kedelapan elemen itu kemudian berkombinasi. Kemudian, muncullah enam belas istilah, yang merupakan hasil kombinasi, seperti INTP, ENTJ, ISTP, ESTP, ISTJ, dan ENFP. Setiap kombinasi punya sifat yang berbeda, dan semuanya diuraikan secara detail di setiap halaman dalam buku ini.
Setelah menjajal swa-analisis, saya menemukan informasi yang terdapat di dalam buku ini cukup detail dan akurat. Bahkan, saya berani bilang tingkat akurasinya mencapai 90%. Sebab, ia mampu menunjukkan kepribadian saya dengan tepat.
Tak hanya itu, buku ini juga mampu menyebutkan jenis pekerjaan yang pas untuk saya. Saya cukup terperangah melihat daftar pekerjaan yang ditampilkan. Sebab, pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sudah saya lakoni beberapa tahun terakhir! Pekerjaan yang menjadi minat terbesar dalam diri saya! Pekerjaan yang memberi saya lebih banyak kepuasan dan kegembiraan!
Walaupun awalnya sempat geleng-geleng kepala akibat keheranan, saya bersyukur. Sebab, jauh sebelum mengenal buku ini, secara alami, saya sudah "berkecimpung" di pekerjaan yang sesuai dengan profil saya. Makanya, sewaktu menjalaninya, pantas saya merasa enjoy-enjoy saja. Hahahaha.
Bagi saya, buku ini ibarat "mercusuar" yang menjulang tinggi di tepi laut dan mengeluarkan sinar di dalam kegelapan. Ia bertugas memandu orang-orang untuk mengenali, mengungkap, dan menggali potensi terpendam di dalam dirinya.
Biarpun ditulis dalam bahasa yang formal, bahasa terjemahan buku ini disusun "sedekat" mungkin dengan kehidupan pembacanya, sehingga pembaca bisa "berkaca" langsung kepada uraian yang disampaikan di dalamnya. Buku ini direkomendasikan kepada siapapun yang tertarik kepada kepribadiannya, serta profesi yang pas untuknya.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H