Sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, senam adalah "agenda rutin" yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Pada saat itu, semua siswa dari kelas 2-6 berkumpul di pelataran sekolah, dan bergerak mengikuti iringan musik yang rancak. Ada beberapa jenis senam yang sering dilakukan.Â
Namun, di antara semuanya, yang paling favorit adalah Senam Poco-Poco. Saya ingat bertapa bergeloranya kami melakukan Senam Poco-Poco yang punya gerakan luwes dan musik yang enerjik di telinga. Balenggang pata pata, Ngana pegoyang pica pica, Ngana pebody poco poco.
"Gelora" yang sama juga terlihat sewaktu saya datang menghadiri Senam Kolosal 18.8.18 yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan di pelataran Monumen Nasional pada tanggal 29 Juli lalu. Senam itu diadakan untuk memeriahkan pagelaran Asian Games 2018, sekaligus merayakan HUT BPJS Kesehatan yang ke-50.
Sekitar pukul 06.30 wib saya tiba di lokasi. Saya "takjub" melihat antrean yang lumayan panjang di pintu masuk. Antrean itu terjadi karena pintu utama ditutup.Â
Maklum saja, dalam acara senam itu, hadir pula Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf Kalla. Makanya, penjagaan pun diperketat. Para peserta senam harus masuk lewat pintu kecil di sebelah gerbang utama dan lulus dari pemeriksaan metal detektor terlebih dulu.

Melalui kegiatan seperti ini, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Bapak Fachmi Idris berharap peserta JKN-KIS dapat menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebugaran, sehingga menurunkan jumlah peserta yang sakit.
"Kami ingin mempromosikan betapa murahnya dan mudahnya untuk menerapkan pola hidup sehat. Cukup dengan senam rutin setiap pagi, kita sudah bisa meningkatkan kebugaran dan sistem imun kita sehingga tidak mudah sakit.Â
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat sehari-hari, diharapkan jumlah peserta JKN-KIS yang sakit bisa menurun, sehingga pembiayaan pelayanan kesehatan dapat dialokasikan ke program promotif preventif yang dilakukan agar masyarakat tetap sehat," katanya.
Menurut Fachmi, dengan mengajak masyarakat untuk berolahraga, jumlah penderita penyakit katastropik di Indonesia diharapkan dapat ditekan dalam jangka panjang.Â
Sebagaimana disebutkan Fachmi, pada tahun 2017, biaya yang dihabiskan untuk penyakit katastropik telah mencapai Rp 18,4 triliun atau 21,8% dari total biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, BPJS Kesehatan juga fokus menjaga masyarakat tetap sehat melalui berbagai program promotif preventif yang dilaksanakan.
Makanya, masyarakat yang berisiko menderita penyakit katastropik seperti diabetes melitus dan hipertensi dapat mengelola risiko tersebut melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang juga merupakan bagian dari upaya promotif preventif perorangan peserta JKN-KIS.
"Berbagai penyakit katastropik tersebut sangat bisa dicegah melalui penerapan pola hidup sehat. Kesehatan menjadi salah satu pilar yang menentukan kemajuan suatu bangsa, sebab kesehatan mempengaruhi produktivitas penduduknya," ujarnya.
Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla menambahkan imbauan serupa. "BPJS Kesehatan tidak mengharapkan Anda sakit, melainkan Anda sehat. Orang menganggap untuk sehat itu harus ke rumah sakit, padahal rumah sakit adalah langkah yang terakhir diharapkan.Â
Langkah pertama ya dimulai dari kebiasaan dan lingkungan kita. Ada beberapa cara hidup sehat, seperti olahraga, makan yang sehat, jangan stres, tidur yang cukup, periksa kesehatan, dan membiasakan pola hidup sehat. Ke rumah sakit memang dijamin BPJS Kesehatan, tapi 'kan Anda lebih enak sehat."

Salam
Adica Wirawan, founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H