Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar" Storytelling" di Panggung Karma

24 April 2018   11:08 Diperbarui: 25 April 2018   17:54 4144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Storytelling bisa juga digunakan untuk pidato. Pernah dengar pidato Steve Jobs saat wisuda Universitas Stanford pada tahun 2005? Konon, pidato itu disebut-sebut sebagai satu "pidato terhebat" di dunia! Lantas, apa isi pidato tersebut? Apakah Steve Jobs berorasi layaknya pendemo ojek online di depan gedung DPR kemarin? Ternyata tidak.

Jobs hanya bercerita, bercerita, dan bercerita. Ia mengisahkan masa awal ketika ia dan Steve Wozniak mulai membangun perusahaan Apple dari garasi orang tuanya, kasus pemecatan dirinya, hingga upaya menjadikan perusahaan itu sebagai "perusahaan paling bernilai" di dunia. Alih-alih berteori panjang lebar tentang teknologi, Jobs memutuskan berbagi kisahnya, dan selebihnya pidato itu masuk ke dalam "catatan sejarah".

Sementara itu, storytelling dapat juga diterapkan dalam penulisan blog. Bagi saya, blog yang menarik ialah blog yang menghadirkan cerita, dan cerita itu berasal dari "suara hati" dari penulisnya. Makanya, blog yang ditulis dari hati penulisnya sanggup meninggalkan "gaung" di jiwa pembacanya.

Namun demikian, timbul satu pertanyaan. Cerita seperti apa yang mampu "menggetarkan" hati penyimaknya? Pertanyaan itu mengingatkan saya pada "kalimat legendaris" dari mantan CEO Disney, Michael Eisner. Pasalnya, dalam sebuah kesempatan, ia berkata bahwa cerita yang hebat ialah cerita yang mampu merefleksikan pengalaman pemirsanya. Dengan mendengar cerita itu, si pemirsa akan terkenang pengalaman yang sudah dilewatinya, dan itu bisa menimbulkan emosi tertentu.

Sebut saja pengalaman saya sewaktu menulis drama angkutan online tempo lalu. Lantaran saya sering memakai jasa angkutan online, di dalam perjalanan, si driver kerap menceritakan pengalamannya kepada saya. Memang mayoritas cerita yang ditampilkan mengandung nuansa kesedihan. Jarang saya mendengar driver yang punya pengalaman happy dengan customernya. Wkwkwkwkwkwkwk.

Makanya, sebagian pengalaman itu kemudian "dijahit" menjadi sebuah artikel dan ditayangkan di Kompasiana beberapa waktu yang lalu. Setelah dipublikasikan sekian jam, ternyata artikel itu "menuai" banyak komentar. Ada yang menyatakan simpati terhadap nasib nahas si driver. Ada pula yang menghujat dengan kata-kata ketus.

Dari situ, secara tersirat, cerita driver tersebut mampu merefleksikan pengalaman mereka. Bisa saja mereka juga pernah mendengar kisah serupa, atau bahkan mengalaminya sendiri. Makanya, bagi mereka, kisah itu "mengena" di hati. (Selebihnya, Anda bisa membacanya di artikel berikut: "Drama Getir" di Mobil Angkutan Daring.

Namun, apakah semua cerita mampu merefleksikan pengalaman pemirsanya? Ternyata tidak. Sebab, hanya cerita-cerita yang menyajikan suatu masalah dan menawarkan solusi-lah yang bisa melakukannya. Seri Chicken Soup for The Soul, misalnya, laris dibeli masyarakat karena ceritanya menampilkan persoalan, serta solusi dari masalah itu.

Serial Karma juga demikian. Lewat cerita yang ditampilkan partisipannya, sebetulnya kita mendengar masalah, dan masalah itu kemudian diberi solusi pada akhir sesi. Setelah menyimak semua itu, akhirnya kita mendapat "hikmah" dari cerita yang dituturkan.

Episode demi episode Karma yang disaksikan sejatinya menunjukkan kekuatan cerita. Cerita tak hanya mampu mengemas informasi secara lebih menarik, tetapi juga mampu memengaruhi emosi orang lain. Makanya, di atas panggung Karma yang minim cahaya, kita seolah belajar menyusun cerita yang dapat merefleksikan pengalaman hidup banyak orang.

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun