Saya jadi belajar berinvestasi. Saya yang awalnya "gagap" terhadap istilah-istilah keuangan belajar memahaminya. Semua itu terjadi berkat "keterdesakan". Makanya, kalau ada yang bilang kalau kemampuan terbaik kita akan muncul manakala kita berada dalam kondisi "kepepet", saya percaya terhadap hal itu.
Setelah memahami aturan main investasi, saya kemudian "terjun" menanamkan uang saya untuk "dikembangbiakkan" di beberapa instrumen, seperti deposito dan fintech. Bagi saya, itu adalah "aset" yang penting. Biarpun return yang diperoleh dari investasi itu masih tergolong kecil untuk saat ini, setidaknya "aset" tersebut mampu menutupi sebagian gaya hidup saya. Jadi, saat saya bertemu dengan "si cantik" last day, saya merasa sudah siap. Sebab, sudah ada "aset" yang melindungi keuangan saya.
Setelah beberapa tahun menjadi karyawan, saya jadi memahami beberapa hal. Bahwa ternyata giat bekerja itu ternyata tidaklah "cukup". Sebab, mayoritas karyawan terlalu rajin bekerja, tetapi lupa membangun "aset". Padahal, aset yang dipelihara dan dirawat dengan baik akan menjadi "sandaran" yang nyaman manakala kita berjumpa dengan "si cantik" last day.
Salam.
Adica Wirawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H