Bagi saya, selembar foto lebih dari sekadar "pemantik kenangan". Saya sebut demikian karena sewaktu saya melihat kembali foto-foto lama, timbul sebuah kenangan, yang membangkitkan emosi tertentunya. Makanya, jangan heran kalau ada orang yang tiba-tiba menjadi "baper" manakala "bernostagia" dengan foto-foto lama miliknya. Apalagi, kalau itu menyangkut soal keluarga, traveling, atau mantan pacar. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Namun demikian, selembar foto ternyata bisa bermakna lebih dari itu. Selembar foto dapat menjadi "aset" yang berharga, terutama di tangan blogger. Saya menyadari hal itu sewaktu aktif menulis di Kompasiana sekitar setahun yang lalu. Pasalnya, kredibilitas suatu tulisan yang tayang di Kompasiana, satu di antaranya, ternyata diukur berdasarkan dokumentasi yang ditampilkan.
Oleh sebab itu, tulisan-tulisan yang menampilkan foto atau video yang dibuat sendiri oleh penulisnya mempunyai nilai lebih. Tulisan itu menjadi lebih "kuat", lebih "tangguh", dan lebih "bersuara" dalam banyak hal. Setidaknya, itulah satu aspek yang saya pahami saat "berkecimpung" di Kompasiana.
Makanya, sebagai "aset" yang penting, saya merasa perlu menjaganya baik-baik. Jangan sampai "aset" itu lenyap akibat kecerobohan sendiri. Pasalnya, saya sempat nyaris kehilangan "aset" tersebut beberapa kali. Satu di antaranya ialah sewaktu saya aktif mengajar di sekolah sekitar dua tahun yang lalu.
Pada saat itu, sebetulnya saya sering mendokumentasikan kegiatan siswa di sekolah. Misalnya saja, sewaktu saya meminta siswa-siswa saya untuk menampilkan musikalisasi puisi di kelas, saya memotret setiap momen yang mereka lakukan, dari sesi latihan hingga pertunjukan.
Semua itu dilakukan supaya saya mempunyai "bahan". Saya berencana "menjahit" setiap foto tersebut, merajutnya dengan memakai aplikasi, lalu memperlihatkannya di depan kelas. Sekadar iseng saja. Siapa tahu saja setelah lulus, siswa saya bisa menyaksikannya kembali, sekaligus terharu mengenang masa-masa sekolah terdahulu. Cieileee.
Namun, akibat keteledoran saya, yang malas mem-backup data, akhirnya saya kehilangan separuh koleksi foto! Pasalnya, beberapa bulan setelahnya, saya berganti hp. Saya merasa sudah memindahkan semua foto ke laptop. Makanya, semua foto yang tersimpan di hp lama saya hapus, sebab saya berniat memberi hp itu kepada teman yang membutuhkan.
Nah, apesnya, beberapa bulan kemudian, laptop saya eror! Sepertinya virus sudah menyerang sistem. Makanya, kemudian saya datang ke toko komputer untuk instal ulang. Saya sudah meminta si petugas untuk menyelamatkan data di Drive D. Pasalnya, di situlah data-data penting saya "bersemayam".
Namun, setelah instalasi selesai dilakukan dan saya memeriksa isi laptop saya, folder berisi foto itu ternyata lenyap! Saya cuma menemukan beberapa saja. Sisanya sepertinya "bablas" ikut terinstal ulang. Rugi? Jelas. Sebab, saya tak lagi punya kesempatan untuk mengulang peristiwa saat foto itu dibuat. Hiks. Hiks. Hiks.
Oleh sebab itu, saya kemudian "tobat". Saya jadi rajin mem-backup foto-foto dan video yang disimpan di perangkat. Saya mempunyai beberapa "gudang" untuk menyimpan dan menyelamatkan dokumentasi saya.
Satu di antaranya ialah Google Drive. Google Drive dipilih lantaran tablet yang saya pakai menggunakan sistem android. Makanya, sewaktu saya mengakses akun google, secara otomatis, saya bisa menggunakan layanan Google Drive.
Sejak itu, saat senggang, saya sering mengunggah foto-foto ke Google Drive. Sayangnya itu hanya foto. Saya sebetulnya juga ingin mengunggah beberapa video ke Drive. Namun, itu urung dilakukan. Sebab, prosesnya agak lama.
Maklum saja, ukuran video lebih besar daripada foto. Video berdurasi 5 menitan yang diambil dengan kualitas HD saja bisa menghabiskan memori 100 MB. Apalagi kalau video itu dibuat dengan memakai IPhone. Bisa-bisa video berdurasi 3 menitan menghabiskan memori 3 Gigabyte! Wkwkwkwkwkwkwkwkw.
Jadi, kalau mau mengunggah video, kita harus menyempatkan waktu. Selain itu, unggahan itu juga menyedot cukup banyak kuota internet. Makanya, kalau kita ingin unggah video, pastikan kalau kuota internet sedang tersedia. Jangan sampai proses unggahan terputus lantaran kouta "ludes" terpakai. Wkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Makanya, untuk video dan film, yang ukurannya "jumbo", saya terbiasa menyimpannya di hardisk. Aman? Jelas. Cepat? Sudah pasti. Nyaris tak ada masalah selama saya memakai hardisk.
Hanya saja, pemakaian hardisk ternyata tidaklah praktis. Sebab, ukuran hardisk lumayan besar bak kartu remi dan harus dihubungkan terlebih dulu ke laptop atau komputer. Makanya, saya mesti menyediakan laptop agar bisa melakukan transfer data. Sungguh ribet. Padahal, saya hanya ingin memindahkan video dari tablet ke hardisk.
Makanya, agar lebih aman dan praktis, saya pun memakai flasdisk tertentu. Satu di antaranya ialah Sandisk Ultra Dual Drive 3.0. Saya membeli flasdisk itu via toko daring minggu lalu lantaran sejumlah fitur yang ditawarkannya.
Produk Sandisk sebetulnya bukanlah sesuatu yang "asing" bagi saya. Pasalnya, sebelumnya saya mempunyai flasdisk berkapasitas 4 Gigabyte. Saya sudah memakainya sejak kuliah.
Jadi, kalau dihitung-hitung, umurnya kini sudah mencapai delapan tahunan. Biarpun sudah "sepuh" dan bagian mulutnya sedikit patah sehingga harus digoyang-goyang agar bisa konek di laptop, flasdisk itu masih berfungsi dengan baik. Sampai sekarang, saya masih memakainya untuk menyimpan data cadangan.
Makanya, saya kemudian memindahkan file film sebanyak 15 buah dan sebesar 2,7 Gigabyte. Dengan ukuran file sebesar itu, transfer dapat dilakukan kurang dari dua menit, seperti ditunjukkan dalam video berikut ini.
Kelebihan lain dari Sandisk Ultra Dual Drive m3.0 ialah kemampuannya dalam melakukan backup data otomatis dengan mengunduh aplikasi Sandisk Zona Memory. Aplikasi itu tersedia di playstore dan punya kapasitas sebesar 32 MB.
Di samping itu, Sandisk juga memberikan garansi selama lima tahun untuk produk Sandisk Ultra. Makanya, apabila terdapat cacat produk, pembeli bisa mengembalikannya ke toko. Hal itu menjadi bukti kepercayaan yang ditawarkan Sandisk untuk setiap pelanggannya.
Makanya, dalam situsnya, Sandisk merilis daftar perangkat yang support terhadap flashdisk tersebut. Jadi, untuk mengetahui daftar itu, silakan kunjungi situs berikut: https://kb.sandisk.com/app/detect .
Flashdisk Sandisk Ultra Dual Drive m3.0 bisa menjadi alternatif untuk menyimpan "aset" berharga, seperti kumpulan foto. Dengan kemajuan teknologi flashdisk 3.0, Sandisk Ultra menawarkan proses penyimpanan yang "cepat", "aman", dan "praktis". Jadi, kekhawatiran kita terhadap potensi kehilangan data dapat diminimalkan.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com
Media Sosial:
Facebook: https://www.facebook.com/sandisk
Twitter: https://twitter.com/sandisk
Instagram: https://www.instagram.com/sandisk/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H