Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Paradise Papers" Apakah Bab Lain dari "Panama Papers?"

7 November 2017   11:07 Diperbarui: 7 November 2017   12:21 2115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://amazonaws.com

Sewaktu dalam perjalanan kereta, saya iseng-iseng menelusuri topik yang sedang ramai diperbincangkan di jagad maya. Di antara sekian topik, seperti selebriti dan olahraga, ternyata "terselip" satu topik yang menyita perhatian saya, yaitu Paradise Papers.

Saat membaca istilah tersebut, pikiran saya tiba-tiba "terpental" pada kasus Panama Papers yang "menghebohkan" dunia pada tahun lalu. Saya kemudian bertanya-tanya apakah Paradise Papers adalah "bab lain" dari Panama Papers atau dokumen berbeda yang menguak kasus pengemplangan pajak yang dilakukan oleh pengusaha dan penguasa "kelas kakap".

Pertanyaan itulah yang akhirnya menuntun saya untuk menelusuri artikel demi artikel yang memuat "skandal" keuangan yang disebut-sebut terbesar di dunia tersebut.

Dari penelusuran itulah saya menemukan adanya "benang merah" antara kasus Panama Papers dan Paradise Papers. Pasalnya, walaupun sumber dokumen yang dipublikasi berbeda, praktik yang diterapkan ternyata sama.

Baiklah. Memang saya agak sulit menjelaskan praktik tersebut secara ringkas. Makanya, saya akan memaparkannya dengan ilustrasi yang terinspirasi dari penjelasan kompas.com berikut.

Ada seorang anak bernama Doni yang suka menabungkan uangnya di celengan ayam. Setiap hari, Doni menyisihkan uang jajan untuk ditabung. Namun, dia merasa risih.

Pasalnya, ibunya sering menanyakan jumlah uang tabungannya. Bagi Doni, uang itu berada di wilayah yang sangat privat. Dia tidak ingin ibunya terus "memonitor" celengannya di rumah.

Akhirnya, Doni menitipkan celengannya ke rumah Ardi. Sebab, di rumah Ardi, semua celengan bebas dari pengawasan. Doni merasa jauh lebih aman menitipkan uangnya di rumah Ardi.

Doni mempunyai beberapa teman yang mengalami persoalan serupa. Akhirnya, teman-teman Doni ikut menitipkan celengannya di rumah Ardi.

Singkat cerita, rumah Ardi menjadi tempat penyimpanan celengan tanpa sepengetahuan ibunya. Namun, pada suatu hari, ibu Ardi mengetahui adanya penyimpanan itu. Akhirnya, dia melaporkan semua kejadian itu kepada semua orangtua teman anaknya.

Berdasarkan ilustrasi itu, kita bisa menyebut bahwa Doni dan teman-temannya ialah "sekelompok orang" yang terjerat kasus Panama Papers dan Paradise Papers.

Sementara itu, Ibu Doni ialah petugas pajak yang bekerja mengawasi keuangan wajib pajak.

Kemudian, rumah Ardi ialah negara-negara yang disebut sebagai suaka pajak karena menetapkan pajak yang sangat minim.

Dari ilustrasi itu tentunya kita bisa mendapat sedikit gambaran tentang Panama Papers dan Paradise Papers. Namun, apakah praktik itu ilegal? Ternyata tidak! Sebab, negara-negara, seperti Panama dan Bermuda, memang memiliki aturan pajak yang minim secara hukum.

Makanya, banyak pesohor yang "menitipkan" uangnya di negara tersebut. Mereka biasanya menyalurkan uangnya dengan mendirikan "perusahaan cangkang" (offshore). Perusahaan itu terdaftar secara hukum lewat firma seperti Mossack Fonseca, dan beroperasi layaknya perusahaan biasa.

Namun, baik ada kegiatan maupun tidak, hampir tidak ada pajak yang dipungut dari perusahaan itu. Dengan demikian, pemilik dapat "mengamankan" uangnya dalam bentuk aset perusahaan.

Lewat sekian puluh tahun akhirnya praktik demikian terkuak juga. Adalah media Jerman, Suddeutsche Zeitung, yang membocorkan dokumen laporan keuangan dari Firma Mossack Fonseca, yang berasal dari Panama.

Suddeutsche disebut membutuhkan lebih dari setahun untuk mengolah data sebanyak 11 juta dokumen tersebut. Kemudian, data tersebut juga diberikan kepada International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ).Dokumen itulah yang kemudian dikenal sebagai Panama Papers.

Kemudian, pada tahun ini, Suddeutsche kembali merilis 13,4 juta data lainnya dan menyebarnya bersama ICIJ. Data tersebut berasal dari firma penyedia layanan offshore bernama Appleby, yang beroperasi di Bermuda, dan firma lainnya bernama Asiaciti. Data itulah kemudian menjadi Paradise Papers.

Dari situlah sebetulnya kita bisa menyebut bahwa Paradise Papers ialah "bab lanjutan" dari Panama Papers yang telah dipublikasikan pada tahun lalu. Namun demikian, apakah pemberitaan Paradise Papers akan "seheboh" Panama Papers?

Apakah bakal ada nama pesohor lain, baik dalam dan luar negeri, yang bakal diungkap di dalamnya? Apakah akan ada bab lain dari Panama Papers, yang akan diberitakan pada tahun-tahun berikutnya. Mari kita tunggu "babak" lanjutannya.

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com

Referensi:

"Heboh Data Paradise Papers: Ada Nama Ratu Elizabeth hingga Prabowo," detik.com, diakses pada tanggal 7 November 2017.

"Paradise Papers: Dapatkah suaka pajak dijinakkan?," bbc.com, diakses pada tanggal 7 November 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun