Sederhananya, dia menerangkan bahwa alasan orang-orang mengesampingkan kesehatan adalah karena mereka belum jatuh sakit. Itu saja. Singkat. Jelas. Tepat. Kalau sudah sampai "berlibur" di rumah sakit, barulah kita menyadari betapa pentingnya kesehatan.
Kurang percaya? Berkunjunglah ke rumah sakit. Dalam banyak kesempatan, sewaktu membesuk teman yang diopname di rumah sakit, saya sering mendengar "cerita muram" mereka.
Pasalnya, mereka mengeluhkan bahwa dirawat di rumah sakit itu enggak ada enaknya. Makanan yang diberikan terasa tawar dan itu-itu saja. Tubuh terasa linu lantaran sulit bergerak bebas.
Pada titik itulah, terkadang saya menyadari bahwa harapan untuk memperoleh kesehatan jauh lebih besar daripada harapan apapun. Buktinya, jarang saya melihat teman-teman saya sibuk memikirkan pekerjaan saat terbaring di bangsal rumah sakit.
Atas alasan itulah, saya kemudian memutuskan menolak tawaran pekerjaan itu. Pasalnya, saya melihat bahwa kesehatan jauh lebih penting dari tawaran tersebut. Jadi, kalau kesehatan dianggap sebuah rezeki, apakah saya masih disebut menutup pintu rezeki dengan menolak tawaran proyek yang datang? Entahlah.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com