Makanya, kemudian Taufiq menciptakan Sarahah. Di situ, dia berharap karyawan bisa bebas "curhat" kepada atasannya, terutama soal pekerjaan, lantaran pesan yang dikirim bisa dianonimkan. Jadi, atasan tak akan mengetahui siapa yang telah "curhat" kepadanya, dan juga tak bisa membalas curhat tersebut lantaran tak jelas alamatnya.
Biarpun ditujukan untuk para pekerja, anehnya, aplikasi itu justru lebih banyak dipakai oleh masyarakat umum. Dari situ, sebetulnya, kita sudah bisa menebak "potensi risiko" yang akan muncul kalau aplikasi itu disalahgunakan oleh masyarakat.
Risiko yang mungkin muncul ialah "perundungan siber" (cyber bullying). Biarpun sampai sekarang telinga saya belum mendengar kabar adanya kasus demikian yang disebabkan oleh pemakai Sarahah, hal itu tetaplah bikin was-was.
Pasalnya, di Sarahah, kita bisa mengirim pesan secara anonim, sehingga tak bisa melacak siapa pengirimnya. Makanya, media itu bisa menjadi "arena permainan baru" bagi para pembuli untuk melecehkan korbannya.
Jika melihat risiko tersebut, saya jadi teringat oleh kasus yang dialami oleh Telegram. Aplikasi asal Rusia itu sempat diblokir pemakaiannya oleh pemerintah lantaran menjadi media yang sering dipakai teroris untuk berkomunikasi.
Semua itu terjadi lantaran telegram mempunyai sejumlah fitur, seperti "secret chat" dan "destruct" yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi secara diam-diam dan menghapus pesan yang sudah dikirimnya secara otomatis.
Makanya, daripada terus bikin "gerah", pemerintah akhirnya memutuskan memblokir akses Telegram, biarpun belakangan aplikasi dibolehkan kembali setelah terjadinya suatu kesepakatan antara pemerintah dan manajemen Telegram.
Nah, kalau berkaca pada kasus Telegram, akahkah Sarahah juga akan mengalami hal yang sama?
---
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com
Referensi:
"What You Need to Know About Sarahah, the Hot New Anonymous Messaging App," fortune.com, diakses pada tanggal 22 Agustus 2017.
 "Mengenal Telegram, Aplikasi yang Bikin 'Gerah' Pemerintah," cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 22 Agustus 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H