Keluarga menjadi serba salah. Di satu sisi mereka harus segera mencarikan ruang ICU yang kosong di rumah sakit yang baru. Di sisi lainnya mereka harus menanti proses administrasi yang "menguras" kesabaran itu. Tanpa surat rujukan dari rumah sakit yang lama, mereka akan tak dapat mengurus administrasi di rumah sakit yang baru.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya surat tersebut keluar juga. Salah seorang anggota pergi terlebih dulu ke rumah sakit yang baru. Dia harus memastikan bahwa ada kamar ICU yang tersedia di situ.
Jika dia sudah dapat kamar, barulah rumah sakit lama memberi "lampu hijau". Barulah kenalan saya dipindahkan ke rumah sakit itu.
Namun demikian, pihak rumah sakit yang baru menjelaskan bahwa ruang ICU ternyata sudah penuh. Sudah tak ada tempat lagi. Namun, pihak rumah sakit tersebut kemudian menawarkan agar keluarga kenalan saya mendaftar terlebih dulu. Jadi, kalau ada pasien yang keluar dari ruang ICU, keluarga baru mendapat tempat.
Namun demikian, itu pun belum ada kepastian. Bisa jadi, ruangan ICU tetap penuh sampai besok atau lusa. Padahal, kenalan saya harus segera mendapat tindakan.
Akhirnya, lantaran tak mendapat tempat, kenalan saya "terpaksa" menginap semalam lagi di rumah sakit yang lama. Sungguh disesalkan memang.
Andaikan pihak rumah sakit bisa bertindak cepat, ada kemungkinan kenalan saya bisa memperoleh kamar ICU dan langsung dibawa ke rumah sakit yang baru.
Pengalaman kurang menyenangkan demikian sebetulnya sudah sering saya lihat, dengar, dan rasakan. Singkatnya, dari situ, kemudian saya bisa mengetahui, memahami, dan membaca "permainan" yang dilakukan pihak rumah sakit.
Ada rumah sakit "tertentu" yang berupaya menguras uang keluarga pasien dengan layanan ini-itu, yang sebetulnya tak terlalu dibutuhkan. Sebut saja rumah sakit yang pernah saya datangi beberapa tahun lalu.
Satu kali, papa saya terkena demam, dan saya membawanya ke rumah sakit tersebut. Setelah melewati pemeriksaan yang lumayan lama, papa saya dinyatakan hanya terkena penyakit demam biasa.
Namun, pihak dokter memaksa secara "halus" agar papa saya dirawat inap di rumah sakit itu saja, lantaran tensi papa saya memang sedang naik. Maklum saja, sudah sejak lama papa saya mengidap penyakit darah tinggi. Jadi, sewaktu-waktu tensinya fluktuatif.