Saya sering merasa kurang nyaman setiap kali mengunjungi rumah sakit. Namun, lantaran kemarin seorang kenalan masuk ruang ICU, saya akhirnya datang membesuk juga.
Sekilas ruang ICU tersebut tampak sepi. Hanya sedikit anggota keluarga yang duduk-duduk menunggu di bangku. Sebagian bahkan memilih tidur di kursi kayu yang disediakan.
Mereka semua menunggu dengan sabar anggota keluarga mereka yang terbaring di ruang ICU. Alih-alih menghabiskan waktu dengan tidur, ada kalanya mereka berbagi kisah. Mereka menceritakan siapa keluarga yang dirawat di situ dan penyakit apa yang menjangkitinya. Dari situ, kemudian terbentuk suatu hubungan.
Sewaktu duduk di situ, saya ikut terlibat obrolan dengan keluarga kenalan saya. Memang obrolan kami dilakukan dengan suara yang agak pelan alias "bisik-bisik".
Di antara sekian topik yang diobrolkan, saya menyimak curhatan keluarga tentang pelayanan rumah sakit tempat kenalan saya dirawat. Isinya memang lebih banyak keluhan.
Sebut saja keluhan tentang lamanya proses administrasi yang dilakukan rumah sakit tersebut. Kenalan saya yang dirawat di situ harus dipindah ke rumah sakit yang lebih besar.
Semua itu "wajib" dilakukan lantaran penyakit yang diidapnya tergolong "kelas berat" dan dia mesti mendapat tindakan operasi segera. Makanya, atas rekomendasi dokter di situ, keluarga harus membawanya ke sebuah rumah sakit besar di Jakarta.
Namun, dokter tersebut mensyaratkan agar keluarga harus langsung memasukkannya ke ruang ICU di rumah sakit yang baru, tidak boleh ditempatkan sementara di kamar inap biasa, lantaran kondisi kesehatannya yang mengkhawatirkan.
Makanya, keluarga harus mencarikan ruang ICU yang kosong di rumah sakit yang baru terlebih dulu. Setelah dapat, barulah kenalan saya dipindahkan.
Pihak keluarga pun kemudian berunding. Akhirnya mereka setuju memindahkannya ke rumah sakit yang baru.
Mereka pun langsung mengurus administrasi berupa permohonan surat rujukan dan nota pembayaran. Namun demikian, proses administrasi yang mesti dilakukan lumayan lama. Hampir dua jam.