"Perjumpaan" antara saya dan Valak sebetulnya berawal biasa saja. Saya mengenal sosoknya lewat film Conjuring 2. Di film itu, dia bertugas menjadi sosok hantu suster berwajah pucat dan berjubah gelap, yang tugasnya meneror keluarga Hodgson. Menurut hemat saya, dia berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Buktinya, namanya tiba-tiba "melejit" di dunia maya sekitar setahun yang lalu.
Anehnya, yang membikin tenar bukanlah sosoknya yang seram, melainkan serangkaian meme konyol yang dibuat oleh para netizen. Ada beragam memenya yang justru menggelitik perut dan itu kemudian menjadi viral. Biarpun terkesan menjadi "bulan-bulanan" para netizen, berkat kemunculan meme tersebut, namanya mendadak dikenal secara luas.
Walaupun demikian, kemarin, saya menjumpainya tanpa sengaja. Setelah tenggelam di dunia maya, ternyata ia kini menjadi "penghuni" rumah hantu PRJ. Turun "kasta"? Bisa saja. Namun demikian, pertemuan itu memantik "api nostalgia" di antara kami.
Ciiieeeeiiiillllleeeee.
Semua itu berawal sewaktu saya pergi jalan-jalan ke PRJ pada tanggal 5 Juli kemarin. Setelah puas menyusuri sejumlah hall, mencuci "mata" dengan beragam produk yang ditawarkan, dan menikmati sepiring pecel yang gurih di pojok kuliner, saya pun tertarik mengunjungi rumah hantu.
Letaknya berada di dekat danau angsa. Dari kejauhan sebetulnya kita sudah bisa mengenalinya karena rumah hantu itu berbentuk bangunan tua yang terlihat kurang terawat. Ditampilkan demikian agar pengunjung yang melihatnya mempunyai kesan angker.
Namun demikian, keangkeran itu menjadi sebuah "tantangan". Saya pun memutuskan "menjawab" tantangan tersebut. Karena petugas melarang pengunjung untuk memfoto dan merekam "perjalanan mistis" di dalamnya, saya hanya bisa menceritakannya lewat tulisan ini saja.
Saya harus menyusuri lorong itu pelan-pelan lantaran di situ minim cahaya. Pernah masuk ke ruang cuci foto? Nah, persis seperti itulah kondisinya. Saya berjalan hanya diterangi oleh lampu bercahaya merah yang nyalanya hidup-mati. Angin AC yang dingin pun terus saja melekati kulit sepanjang perjalanan.
Begini. Karena di situ lumayan gelap, saya bingung harus melangkah ke mana lagi. Saya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari jalan selanjutnya. Namun, lantaran terbawa suasana, pikiran saya menjadi "blank", sehingga sukar menemukan pintu yang dimaksud.
Alih-alih terus bingung, akhirnya, saya pun bertanya kepada hantu tersebut: "Ke mana berikutnya?" Di balik kain putihnya dia tiba-tiba mengangkat tangan seraya menunjuk pintu putih yang harus saya lewati selanjutnya.
Jujur saja, baru kali itu, saya menjumpai hantu yang "sudi" memberi petunjuk. Maka, lewat tulisan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepadanya karena saya lupa mengucapkannya kemarin.
Hahahahahahahaha.
Kemudian, saya juga melihat sosok hantu yang "hobi"-nya membuntuti kami. Saya tak ingat betul seperti apa wajahnya, tapi, yang jelas, dia terus mengikuti saya dari belakang walaupun saya sudah "sukses" melewati terornya. Untungnya, dia berhenti mengikuti setelah saya keluar dari situ.
Hahahahahaha.
Sementara itu, pada pintu berikutnya, barulah saya berjumpa dengan Valak. dia tampak duduk nyaman di kursi dan itulah yang membikin saya merinding. Saya mengetahui kalau dia aslinya orang yang baik. Namun, saya tetap saja takut dibuatnya.
Demikian sekelumit pengalaman saya sewaktu "diteror" oleh hantu-hantu penghuni rumah hantu PRJ. Masih penasaran? Silakan kunjungi langsung tempatnya.
Wahana itu buka setiap hari, dan kita cukup merogoh kocek sebesar Rp 35 ribu agar bisa menikmati "ketegangan" di dalamnya. Saran saya, jangan pergi ke situ sendirian dan jangan lupa bawa senter.
Hahahahahahahaha.
Salam.
Adica Wirawan, founder Gerairasa.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H