Namun, ada saja kendala yang saya alami sewaktu menggunakan modem. Sebut saja sinyal yang tiba-tiba down begitu cuaca sedang buruk. Belum lagi sinyal yang mendadak lenyap dalam waktu lama karena operator sedang melakukan perbaikan.
Hal itu jelas mengganggu kinerja kedua unit bisnis tersebut. Padahal, untuk menjalankan bisnis online, seyogyanya dibutuhkan akses internet yang "kuat", "kencang", dan "stabil".
Oxygen.id    Â
Persoalan itu sedikit menemukan "titik cerah" sewaktu saya menghadiri acara Nangkring Kompasiana bareng oxygen id pada hari ini di Amigos Bellagio Caf, Jakarta Selatan.
Acara yang menghadirkan beberapa narasumber, yaitu [1] Yance Arlyansyah (Sales Manager SME), [2] Mauldi Wirastomo (Product Development Oxygen.id), dan [3] Hendrik Kurniawan (Sales Manager of Oxygen.id Home), mewartakan dan menawarkan sebuah produk layanan akses internet yang dapat menjawab persoalan di atas.
Semua itu bisa terjadi lantaran Oxygen id memiliki jalur kabel optik sendiri yang terhubung dari Singapura sampai Jakarta. Jalur kabel itu terbagi atas dua rute sehingga apabila salah satu jalur terganggu, masih ada jalur lainnya yang mem-backup kinerjanya.
Hal itu tentunya berbeda dengan layanan yang ditawarkan korporasi lainnya, yang hanya mengutamakan satu jalur saja. Makanya, begitu kabelnya bermasalah, konektivitas internet yang menghubungkan rumah dan perusahaan juga akan mengalami gangguan.
Penanaman kabel tersebut jelas membutuhkan biaya investasi yang besar. Walaupun demikian, anehnya, biaya yang ditawarkan Oxygen id justru terbilang "murah".
Untuk menikmati layanan akses internet berkecepatan 15 MBPS, pelanggan merogoh "kocek" hanya Rp 199.000/ bulan; kemudian untuk 25 MBPS seharga Rp 249.000; untuk 50 MBPS Rp 349.000; dan 100 MBPS Rp 449.000.