Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pohon "Wajib" Ditebang, asalkan...

4 Mei 2017   08:25 Diperbarui: 6 Mei 2017   19:50 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi pribadi

Pada siang kemarin, suara gergaji mesin yang menderu-deru sontak menyedot perhatian saya. Saya pun keluar rumah, lalu berjalan mendekati sumber suara untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Sesaat saya melongokkan kepala ke pagar, dan melihat beberapa orang lelaki yang tengah menebang beberapa pohon di seberang jalan.

Mereka tampak sibuk mengikatkan tali pengaman, membabat dahan pohon yang sudah rapuh, dan mengatur lalu lintas agar kendaraan yang melintas di sekitarnya tak tertimpa pohon yang sedang ditebang.

Pohon-pohon yang berbaris di sepanjang jalan itu memang telah sepuh sehingga perlu “dirampingkan”. Seingat saya, pohon-pohon itu sudah ditanam sejak saya masih kecil. Barangkali umurnya kini sudah lebih dari dua puluh tahun.

Pada awalnya, penanaman pohon itu bertujuan agar jalan yang diapitnya terasa teduh dan sejuk sewaktu dilalui pengguna jalan. Daun-daunnya yang hijau dan rindang menjadi “perisai” yang melindungi orang yang berjalan di bawahnya manakala matahari bersinar terlalu terik.

Namun demikian, lantaran kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat, akhirnya pohon itu tumbuh “liar”. Batangnya menjulang tinggi, daunnya semakin rimbun, dan akarnya tersembul di atas permukaan tanah.

Warga yang tinggal di sekitar pohon itu awalnya tak terlalu mempermasalahkan hal itu karena menganggap kalau kehadiran pohon itu justru memberi keasrian bagi lingkungan sekitar.

Lagipula, pada musim hujan, bunga-bunga kuning yang cantik akan bermekaran di pucuk-pucuknya. Pernah saya menyaksikan bahwa dahan-dahan pohon itu sampai dipenuhi bunga berwarna kuning seluruhnya. Indah sekali! Layaknya bunga Sakura yang sedang mekar!

Namun demikian, lantaran sudah uzur, pohon itu berpotensi menciptakan bencana. Misalnya, ketika hujan badai datang menerpa beberapa waktu lalu, sebuah pohon akhirnya tumbang menimpa pabrik Astor di bawahnya.

Pohon itu rupaya tak kuat lagi menahan “gempuran” angin yang datang sehingga batangnya langsung patah. Sontak lalu lintas di sekitarnya terhambat lantaran petugas harus memindahkan patahan pohon itu. Untungnya, tak ada korban jiwa pada saat itu.

Hal itulah yang kemudian memicu inisiatif di antara para warga dan pemerintah setempat untuk memangkas pohon-pohon tersebut. Sedih memang sewaktu kita menyaksikan pohon-pohon itu dibabat dengan gergaji mesin.

Dari jauh saya hanya bisa berkata dalam hati, “Mungkin tahun ini kami tak akan melihat mekarnya bunga kuning itu lagi!” Namun, demi keselamatan warga, hal itu tentu harus dilakukan, apalagi pada musim yang penuh anomali seperti saat ini.

Walaupun penting dilaksanakan, upaya tersebut tentu perlu direncanakan terlebih dulu. Jangan sampai petugas asal-asalan memangkasnya sehingga merusak “keindahan” jalan.

Selain itu, idealnya, pohon itu ditebang setengahnya saja, bukan sepenuhnya, supaya pohon tersebut bisa tetap tumbuh. Dengan demikian, keasrian lingkungan dapat tetap terjaga dan keselamatan warga pun bisa terjamin.

Salam.

Adica Wirawan, Founder Gerairasa.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun