Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menemukan "Mutiara Terpendam" di Big Bad Wolf 2017

27 April 2017   18:32 Diperbarui: 28 April 2017   04:00 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana acara big bad wolf sewaktu saya mengunjunginya hari ini (sumber: dokumentasi pribadi)

Sewaktu menghadiri acara “Big Bad Wolf” di ICE BSD City, saya takjub melihat “lautan” buku yang terhampar di sepanjang hall yang luas. Beragam jenis buku, fiksi dan nonfiksi, disusun di atas meja yang diatur sedemikian rupa hingga memenuhi sudut-sudut ruangan, dan setiap pengunjung dari beragam umur terlihat sibuk memilah dan memilih buku yang akan dibelinya.

Pemandangan itu akhirnya “menjawab” rasa penasaran saya tentang pesta buku yang diadakan setahun sekali itu. Pada tahun lalu, saya absen mengunjungi pesta buku itu, dan hanya bisa membaca ulasannya di media elektronik.

Dari sejumlah artikel yang saya baca, saya kemudian mengetahui bahwa pesta buku itu ternyata menuai sukses besar. Makanya, pada tahun ini, panitia mengadakannya kembali di tempat yang sama dengan harapan bahwa acara kali ini akan sesukses tahun sebelumnya.

Hal itu kemudian “menggelitik” rasa ingin tahu saya, hingga akhirnya saya pergi mengunjunginya pada hari ini. Karena jaraknya yang jauh, saya memutuskan naik keretaapi.

Pada pukul sembilan pagi, saya berangkat dari Stasiun Bekasi. Kereta api yang melaju cepat kemudian mengantar saya ke Stasiun Manggarai. Dari stasiun itu, saya melanjutkan perjalanan ke Stasiun Tanahabang yang padat, lalu menaiki kereta ke Stasiun Cisauk, Serpong.

Sesampainya di Stasiun Cisauk, saya menyewa jasa Gojek ke ICE BSD City. Karena lokasinya terletak di hall 7-10, saya harus memutar cukup jauh sebelum akhirnya tiba di lokasi. Saya lalu berjalan menuju gerbang masuk yang terlihat sepi. Karena pergi pada hari kerja, saya berpikir hanya ada sedikit pengunjung yang datang.

tulisan big bad wolf yang terletak di depan pintu masuk (sumber: dokumentasi pribadi)
tulisan big bad wolf yang terletak di depan pintu masuk (sumber: dokumentasi pribadi)
Namun, di luar dugaan, pikiran itu “terpatahkan” begitu saya memasuki hall dan menyaksikan ratusan orang di situ. Dari situ terlihat bahwa animo masyarakat terhadap pesta buku itu terbilang tinggi. Buktinya, pada hari biasa saja, orang yang berkunjung sudah banyak, apalagi pada hari libur, jumlahnya bisa-bisa berlipat ganda!

Bagi para pecinta buku, seperti saya, pesta buku itu bisa diibaratkan sebagai “surga kecil”, sebab di situ saya bisa memborong buku berkualitas dengan harga miring. Tak hanya dari penerbit lokal, di situ, saya juga menemukan buku-buku dari penerbit asing. Makanya, dengan membacanya, kita bisa lebih mengenal produk-produk budaya bangsa lain yang ikut dipamerkan.

buku-buku dari penerbit asing ikut membanjiri pesta buku ini (sumber: dokumentasi pribadi)
buku-buku dari penerbit asing ikut membanjiri pesta buku ini (sumber: dokumentasi pribadi)
Untuk menemukan buku yang berkualitas, kita memang harus jeli, cermat, dan teliti, lantaran di situ terdapat ribuan judul buku. Ibarat mencari mutiara di lautan luas, kita harus menyusuri meja satu per satu dan memilah buku-buku yang tersusun di atasnya untuk menemukan buku yang diinginkan.

Makanya, bagi yang belum terbiasa, kegiatan itu bisa menyebabkan “mabok” buku. Kepala bisa pusing, napas tersengal-sengal, dan kaki pegal-pegal karena terlalu banyak bergerak ke sana-ke sini untuk mencari buku.

sejumlah pengunjung terlihat sibuk mendorong troli yang penuh dengan buku (sumber: dokumentasi pribadi)
sejumlah pengunjung terlihat sibuk mendorong troli yang penuh dengan buku (sumber: dokumentasi pribadi)
Namun, bagi yang hobi membaca, seperti saya, hal itu sudah seperti sebuah olahraga. Oleh sebab itu, saya senang berjalan mengelilingi meja demi meja, “mengaduk” buku-buku yang tersusun, dan mendorong troli belanjaan. Hingga, tanpa terasa, sudah lebih dari satu setengah jam saya berkeliling memburu buku yang ingin dibeli!

Biarpun di dalam hall terdapat barisan stand yang siap menyajikan makanan kepada pengunjung yang lapar, sayangnya tak ada suara musik yang terdengar. Makanya, sewaktu berjalan-jalan mencari buku, paling banter kita hanya akan mendengar suara roda troli yang didorong pengunjung lain. Hal itu tentunya menyebabkan suasana terasa “sepi” dan kurang “cair”.

Namun demikian, pesta buku itu tentunya perlu mendapat apresiasi lantaran membantu “menyuburkan” literasi di masyarakat. Dengan adanya acara semacam itu, minat baca masyarakat bisa ditingkatkan sedikit demi sedikit.

Selain itu, acara tersebut juga bisa menjadi sarana edukasi bagi anak-anak karena banyak orangtua yang mengajak anaknya ke acara itu. Makanya, lewat kegiatan itulah anak-anak punya kesempatan untuk mengenal pelbagai bacaan, yang kemudian diharapkan dapat menumbuhkan kecintaannya terhadap membaca ketika mereka dewasa nanti.

Salam.

Adica Wirawan, Founder Gerairasa.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun