Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Film Sword Art Online: Benturan Hebat Dua Teknologi

23 Maret 2017   09:09 Diperbarui: 23 Maret 2017   09:36 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
film sword art online/ komikinfo.com

Sewaktu menonton film Sword Art Online: Ordinary Scale, saya menyaksikan “benturan hebat” antara dua teknologi digital yang lagi trend saat ini: virtual reality dan augmented reality. Bagi saya, benturan itu menjadi “fragmen” yang menarik disimak dalam film berdurasi hampir dua jam tersebut, lantaran terdapat sebuah visi bahwa kejadian itu bisa saja menjadi sebuah “sinyal darurat” untuk masa depan.

Seperti serialnya, film tersebut masih menghadirkan Kazuto “Kirito” Kirigaya dan “Asuna” Yuuki sebagai poros cerita. Kedua tokoh yang banyak difavoritkan para remaja penyuka anime itu ibarat “ruh” yang menggerakkan isi film terutama soal keahlian dalam mengalahkan monster dan percintaan yang romantis.

Maka, jangan heran kalau sepanjang film, kita bakal disuguhi beragam adegan penaklukan monster yang bombastis dan jalinan kisah cinta layaknya “roman picisan” khas remaja.

Namun demikian, berbeda dengan serialnya, kedua tokoh itu tak melulu tampil dalam game Sword Art Online atau Alfheim Online, yang notabenenya terdapat di jagat virtual reality. Pada film tersebut, keduanya merambah dunia baru bernama augmented reality.

Walaupun sama-sama menyajikan permainan dalam menumpas para monster, kedua teknologi itu jelas menawarkan pengalaman yang berbeda. Pengguna augmented reality merasakan pengalaman yang lebih nyata sewaktu mereka bermain game karena aktivitas fisik terlibat penuh di dalamnya. Mereka cukup memakai peralatan augmented reality yang kemudian akan memvisualisasikan dunia game secara langsung.

Cara kerjanya mirip seperti kita memainkan Pokemon Go. Sewaktu memainkan game itu, kita bergerak mencari dan menangkap pokemon di beberapa lokasi. Kita menerapkan aktivitas fisik dalam memburu pokemon. Oleh sebab itu, kita dapat melibatkan hampir semua indera ketika memainkannya.

Augmented reality pun demikian kinerjanya. Hanya bedanya, jika game Pokemon Go masih bersifat 2D, game yang dimainkan dengan augmented reality sudah berformat 3D.

Berbeda dengan augmented reality, gamer yang memakai teknologi virtual reality cenderung lebih pasif. Mereka hanya perlu memakai helm nervegear, berbaring di tempat yang nyaman, dan selebihnya bisa berpetualang di dunia game yang menawarkan pelbagai keunikan.

Dari segi keamanan jelas teknologi virtual reality lebih unggul daripada augmented reality, lantaran pemakainya terhindar dari cidera fisik, seperti terjatuh atau tertabrak mobil, sewaktu bermain game.

Namun, dari segi kesehatan, augmented realty lebih baik, karena penggunanya dapat “berolahraga” sambil bermain game.

Apakah gamer yang jago bermain di ranah virtual reality akan unggul juga di dunia augmented reality? Belum tentu. Setidaknya itulah yang dialami Kirito sewaktu ia menjajal game augmented reality.

Kirito yang di jagad virtual reality dikenal sebagai pendekar “Black Swordman” yang legendaris karena mampu menumbangkan banyak monster kuat di game SAO ternyata “payah” di dunia augmented reality.

Semua itu terjadi lantaran ia tak mempunyai fisik yang cukup lentur, lincah, dan tangkas sewaktu “terjun” di game augmented reality. Makanya, pada awal film, rangkingnya di game augmented reality berada di kisaran ribuan, jauh dari Eiji, musuhnya, yang menempati ranking 2.

kirito melawan eiji/ honyokoku.blogspot.com
kirito melawan eiji/ honyokoku.blogspot.com
Eiji sebetulnya bukanlah tokoh baru dalam film tersebut. Ia pernah menjadi salah satu prajurit yang terjebak selama 2 tahun di game SAO bersama 10.000 pemain lainnya.

Jika pemain lainnya sibuk berjuang mengalahkan para monster di setiap level, ia lebih memilih menjadi penonton saja. Semua itu terjadi karena ia takut tewas dalam pertempuran.

Jika ia tewas di game, secara otomatis, ia pun akan tewas di dunia nyata, karena di dalam game itu sudah diatur agar otak pemainnya dirusak begitu avatarnya di dalam game mati.

Namun demikian, dalam game maut itu, Eiji bertemu, berkenalan, dan bersahabat dengan Yuna. Yuna, yang hobi bernyanyi, menjalani hari-harinya di dunia game dengan lebih riang.

Eiji mempunyai banyak kenangan manis bersama Yuna, walaupun akhirnya Yuna harus tewas akibat efek game tersebut. Dari fakta itu, kita kemudian akan menemukan benang merah yang menyebabkan terjadinya sejumlah peristiwa tragis dalam game.

Film SAO tampaknya menjadi “jembatan” yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Sewaktu menyaksikannya, penyuka serial animenya bakal diajak bernostalgia.

Mereka akan “dipertemukan” kembali dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Klein, Sinon, Silica, Lisbeth, dan Kirigaya Suguha. Barangkali itu bakal menyegarkan kembali ingatan seputar tokoh dan jalinan cerita sebelumnya.

kirito dkk/ playbuzz.com
kirito dkk/ playbuzz.com
Tak hanya itu, para monster yang sempat “bersemayam” di SAO juga dihadirkan kembali. Para monster yang pernah ditundukkan oleh Kirito dkk seolah "bereinkarnasi" di jagad game yang berbeda.

Bahkan, di film itu, muncul juga monster dari lantai 100, yang belum sempat dilawan sebelumnya. Kirito dkk akhirnya bisa menghadapi laga pamungkas melawan monster dengan kekuatan super itu.

Kemudian, film ini juga menjadi pengantar untuk serial anime berikutnya. Serial sebelumnya terhenti pada season Mother Rosario, dan di Jepang, season baru dikabarkan akan dirilis tahun ini.

Jadi, film tersebut bisa menjadi “pintu masuk” untuk melanjutkan petualangan Kirito di serial SAO.

Salam.

Adica Wirawan, Founder Gerairasa.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun