Belum lama ini, Forbes menerbitkan sebuah artikel yang sedikit “menggelitik” perhatian saya. Artikel tersebut berisi tentang sebuah “ramalan” bahwa pada tahun 2017, teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) akan jauh lebih berkembang daripada tahun-tahun sebelumnya. Apa yang disampaikan tulisan tersebut tentu bukan sekadar “pepesan kosong” karena perkembangan teknologi kecerdasan buatan terus “menggeliat” sejak beberapa tahun belakangan. Buktinya, teknologi itu kini sudah menjadi “mainan baru” para perusahaan teknologi kelas dunia. Sejumlah perusahaan itu seolah berlomba menciptakan produk kecerdasan buatan yang mampu melayani kehidupan masyarakat luas.
Sebut saja upaya yang sedang dilakukan bos Facebook, Mark Zuckerberg. Belum lama ini, Zuckerberg posting sebuah video yang memperlihatkan bahwa ia sedang menggunakan aplikasi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Aplikasi itu dipasang di rumahnya dan disuarakan oleh seorang aktor senior Hollywood Morgan Freeman.
Pada Oktober 2016, Zuckerberg meminta saran pada para pengikutnya tentang sosok yang cocok menjadi pengisi suara Jarvis, alat AI miliknya yang terinspirasi dari “asisten pribadi” Iron Man. Ternyata aktor peraih Oscar Morgan Freeman menjadi pilihan teratas. Secara pribadi Zuckerberg menelepon Freeman untuk memintanya menjadi pengisi suara Jarvis.
Seperti adegan yang tampak pada film Iron Man, cara kerja Jarvis terbilang mudah dan sederhana. Jarvis bisa diaktifkan melalui suara (atau teks) dan terhubung dengan berbagai obyek di rumah. Dalam video, asisten pintar itu terlihat menyesuaikan alat pengatur panas ruangan, membuat roti panggang untuk sarapan, dan memberi tahu saat kedua orang tua Zuckerberg berkunjung ke rumahnya dengan mengenali wajah mereka. Selain itu, Jarvis juga bisa menyetel musik sesuai perintah yang diberikan oleh Zuckerberg. Keren, bukan?
Teknologi serupa juga dapat ditemukan pada produk lainnya. Sebut saja Google Assistant. Google Assistant bisa melakukan berbagai hal, seperti mengatur agenda, memutar video YouTube, mengirim pesan, dan memesan taksi. Hanya dengan menekan tombol Home, Assistant akan muncul dan menanyakan hal apa yang bisa dilakukannya.
Sementara itu, bertahun-tahun sebelumnya, Apple sudah memperkenalkan teknologi kecerdasan buatan yang disebut Siri. Siri adalah kecerdasan buatan yang dapat memaksimalkan fungsi perangkat elektronik Apple. Siri diperkenalkan sebagai fitur iPhone 5 beberapa tahun lalu. Sambutan masyarakat terhadap teknologi itu pun terbilang positif.
Bagi penggunanya, Siri telah menjadi “asisten digital” yang cerdas dan lucu. Buktinya, Siri dapat memberi jawaban-jawaban yang unik sewaktu pengguna mengajukan pertanyaan yang nyeleneh, seperti “Will you merry me?”, “When is the world going to end?”,dan“What came first, the chicken or the egg?” Oleh sebab itu, sebagai sebuah teknologi, kehadiran Siri terkesan lebih “personal”.
Setelah melihat fenomena tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa bisa saja tahun 2017 akan menjadi “puncak gunung es” bagi pertumbuhan teknologi kecerdasan buatan, sebagaimana yang diprediksi oleh Forbes. Oleh sebab itu, arena pertempuran para perusahaan teknologi dalam upaya menyempurnakan artificial intelligence tentu akan semakin sengit. Lantas, siapakah yang akan keluar sebagai juara? Kita tunggu saja kelanjutannya.
Salam.
Adica Wirawan, founder gerairasa.com
Referensi:
- “2017 Predictions For AI, Big Data, IoT, Cybersecurity, And Jobs From Senior Tech Executives”, forbes.com, diakses pada tanggal 3 Januari 2017.
- “Lebih Cerdas, Google Assistant Siap Saingi Siri”, cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 3 Januari 2017.
- “Aplikasi Asisten Mark Zuckerberg Pakai Suara Aktor Hollywood”, bintang.com, diakses pada tanggal 3 Januari 2017.
- “Tantangan Besar Apple Berikutnya: Membuat Siri Makin Cerdas”, voaindonesia.com, diakses pada tanggal 3 Januari 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H