Buktinya, sewaktu melihat seseorang tengah menangis di dekat kita, tanpa terasa, kita pun ikut larut dalam kesedihan. Kita seolah merasakan apa yang orang tersebut rasakan. Kita merasa “terhubung” dengan orang tersebut.
Nah, sekarang, bagaimana jika situasinya berbeda? Bagaimana kalau kita menyaksikan robot yang menampilkan ekspresi sedih? Apakah kita juga akan ikut-ikutan sedih? Belum tentu. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena kita enggak merasakan “getaran” emosi di dalam diri sebuah robot. Bahasa sederhanya, feel-nya enggak dapet…
Itulah yang dimaksud “keterhubungan” yang hanya bisa dibuat manusia. Dalam dunia bisnis, “keterhubungan” itu adalah salah satu unsur yang penting dalam menciptakan bisnis yang awet sebab kita biasanya hanya akan berbisnis kepada orang yang merasa “klop” dengan kita. Mengapa? Karena kita sudah enggak ragu lagi dengan orang tersebut. Kita sudah merasa “sehati” dengannya lantaran kita sudah betul-betul yakin bahwa ia memahami perasaan kita, dan bersedia menjalin sebuah hubungan yang betul-betul jujur.
Itulah yang enggak bisa dikerjakan oleh sebuah robot. Jadi, alih-alih menggantikan seluruhnya peran manusia, keberadaan robot di sebuah toko lebih tepat kalau hanya bertugas memaksimalkan pelayanan. Ia dapat menjadi pendamping manusia sewaktu memberi pelayanan terbaik di toko. Dengan demikian, pemilik toko tentu merasa senang karena barang di tokonya laris manis dan pembeli pun bisa pulang dengan hati riang sebab sudah terlayani dengan maksimal.
Salam.
Adica wirawan, founder gerairasa.com.
Referensi:
““Regirobo”, Robot Kasir Buatan Jepang”, antaranews.com, diakses tanggal 20 Desember 2016.
“Robot Humanoid Mulai Bekerja di Toserba Jepang”, antaranews.com, diakses tanggal 20 Desember 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H