Sebut saja hacker yang tergabung dalam kegiatan Web Gravity. Komunitas hacker itu seolah berlomba-lomba menjebol server tertentu.
Server yang disasar tentu bukanlah server sembarangan, melainkan server “penting”, seperti milik CIA, FBI, dan Badan Intelijen Jerman. Apabila seorang hacker berhasil menemukan celah untuk menembus sistem keamanan milik situs tersebut, hacker tersebut akan mendapat prestise dari komunitasnya. Jadi, sebetulnya kegiatan peretasan itu hanya sekadar ajang “unjuk gigi” tanpa adanya niat lain.
Kedua, mereka ingin melancarkan aksi balas dendam. Hal itu terjadi lantaran ada pihak-pihak tertentu yang enggak senang pada suatu situs, sehingga mereka pun berupaya “mengobrak-abrik” isi situs itu dengan meretas servernya. Kasus itu pernah dialami oleh Kaskus beberapa tahun silam.
Kasus itu berawal saat ada pihak yang “tersinggung” oleh Kaskus lantaran salah seorang Kaskuser, pengguna Kaskus, melontarkan komentar yang cenderung menghina forum komunitas pihak tersebut.
Pihak itu pun berang, dan kemudian menyerang situs Kaskus. Akibatnya, separuh database Kaskus hilang, dan Kaskus pun sempat “lumpuh”. Untungnya “pertikaian online” itu enggak berkepanjangan setelah disepakatinya memorandum online antara Kaskus dan pihak tersebut.
Ketiga, mereka ingin mendapatkan uang dengan meretas sistem. Motivasi itu biasanya dilakukan oleh hacker profesional, yang cara kerjanya sangat terorganisir dan cepat. Mereka umumnya mengincar rekening pemilik akun dan password untuk membuka akun penting lainnya.
Sebut saja kolompok hacker Carnabak yang berhasil meraup jutaan dollar setelah berhasil membobol sistem keamanan pelbagai bank. Apa yang mereka lakukan tergolong sebagai cyber crime, dan jelas merugikan nasabah bank tersebut.
Keempat, mereka bekerja mengetes sistem keamanan suatu situs. Enggak semua hacker punya niat jahat. Sebagian malah mendapat pekerjaan karena punya kemampuan untuk menguji dan memperkuat sistem keamanan suatu situs.
Sebut saja, Herdian Nugraha, yang diganjar hadiah uang puluhan juta, setelah memberi tahu kepada sejumlah ecommerce tanah air bahwa sistem keamanannya masih menyisakan celah.
Belum lagi, hacker kelas dunia asal Indonesia, Jim Geovedi, yang kini bekerja melayani sejumlah perusahaan di London untuk memperkuat sistem keamanan websitenya.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa menarik simpulan bahwa sebetulnya para hacker punya beragam motivasi, dari yang baik sampai yang jahat, dalam melancarkan aksinya.