Sejak beberapa tahun silam, Google mengembangkan model mobil yang futuristik. Berbeda dengan mobil-mobil pada umumnya, mobil yang dirancang Google bersifat otonom alias dapat nyetir sendiri. Dalam desain mobil itu, Google menambahkan sistem navigasi berteknologi tinggi yang memungkinkan mobil tersebut dapat “meluncur” secara otomatis, sesuai dengan keinginan penggunanya.
Hal itu tentunya membikin Google “terpental” sementara dari peta persaingan produsen mobil otonom. Selama ini, memang sudah ada sejumlah perusahaan otomotif yang berusaha mengembangkan model produk mobil tersebut.
Sebut saja Tesla Motors, produsen mobil listrik yang didirikan oleh pengusaha eksentrik, Elon Musk. Tesla Motors barangkali menjadi pionir dalam upaya pembuatan mobil berteknologi tinggi dan ramah lingkungan. Pada tahun 2012, perusahaan otomotif itu mengeluarkan mobil Tesla Model S, yang langsung menyita banyak perhatian publik.
Belum lagi, Baidu, perusahaan yang bergerak pada layanan internet asal Tiongkok, pun “ikut-ikutan” terjun mengembangkan mobil otonom. Biarpun kini telah “bercerai” dengan BMW dalam merancang mobil otonom, Baidu tetap pada pendiriannya.
Apa yang dilakukan oleh Google, Tesla Motors, dan Baidu dalam pengembangan mobil otonom sebetulnya adalah solusi yang dapat mengatasi persoalan pada masa depan. Setidaknya ada tiga persoalan yang coba diselesaikan. Pertama, keberadaan mobil otonom akan meminimalkan kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian manusia.
Menurut Senior Vice President Baidu, Wang Jin, 93% kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Tiongkok lebih disebabkan oleh faktor kesalahan manusia. Perilaku seperti menelepon sewaktu mengemudi atau menyetir dalam kondisi mabuk masih sering dilakukan biarpun sudah ada larangan terkait hal itu. Jadi, supaya angka kecelakaan akibat human error itu jauh berkurang pada masa depan, kehadiran mobil otonom jelas dibutuhkan.
Kedua, kehadiran mobil otonom akan mengatasi persoalan kelangkaan bahan bakar fosil pada masa depan. Sudah bertahun-tahun sebelumnya, para ilmuwan memprediksi bahwa beberapa dekade yang akan datang umat manusia akan mengalami krisis BBM.
Semua itu bisa terjadi karena saat ini, kita masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Padahal, bahan bakar itu akan habis sekali pakai dan cadangan minyak yang terdapat di bawah permukaan tanah pun terbatas jumlahnya. Maka, kalau enggak mencari alternatif, bisa-bisa kita akan sulit menjalankan aktivitas akibat kelangkaan bahan bakar tersebut.