Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Industri TV pada Masa Depan Akan Seperti "Netflix"?

6 Desember 2016   09:49 Diperbarui: 6 Desember 2016   17:59 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita bahwa Netflix kini menyediakan layanan offline tentunya memberi “angin segar” bagi setiap pecinta film. Betapa tidak, dengan menggunakan Netflix, kita dapat mengakses ribuan judul film yang ingin kita saksikan. Hanya dengan membayar iuran bulanan, di Netflix, kita juga sudah bisa menikmati pelbagai film tanpa harus “risih” disela oleh iklan. Singkatnya, lewat Netflix, kita mampu menonton film apa pun, di mana pun, dan kapan pun.

Netflix adalah sebuah perusahaan media yang menyediakan layanan video streaming, yang didirikan oleh Reed Hastings dan Marc Randolph pada tahun 1997. Awalnya Netflix hanya sebuah perusahaan penyewaan dvd, yang punya sekitar 300.000 pelanggan.

Seperti tempat penyewaan dvd pada umumnya, perusahaan itu membuka sejumlah outlet yang tersebar di sejumlah negara bagian Amerika Serikat. Dengan membayar iuran setiap bulannya, setiap member Netflix bebas menyewa dvd tanpa batasan jumlah dan waktu di outlet yang tersedia.

Perubahan Netflix dari ranah offline ke online mulai terjadi sejak para pendirinya, Hastings dan Randolph, punya ide untuk merintis usaha penayangan film via online. Untuk mewujudkan gagasan itu, Netflix berniat mengajak kerja sama sejumlah pihak. Salah satunya adalah Blockbuster. Blockbuster adalah perusahaan penyewaan dvd terbesar yang punya 7.700 toko yang terdapat di berbagai belahan dunia.

Hastings pun terbang ke Dellas untuk menemui pihak Blockbuster dan menjelaskan idenya yang visioner itu. Tak hanya itu, agar lebih meyakinkan calon mitra bisnisnya itu, ia bahkan menawarkan 49% saham Netflix dan bersedia mengganti nama perusahaannya dengan blockbuster.com.

Namun, Blockbuster menolak tawaran tersebut karena belum melihat adanya “ancaman” dunia digital bagi bisnis mereka. Biarpun demikian, Hastings dan koleganya enggak putus asa mewujudkan ide itu. Ia pun menjalin kerja sama dengan pihak lainnya, hingga akhirnya, setelah melewati banyak kesulitan, keberadaan Netflix mulai diterima masyarakat Amerika.

Pada tahun 2005 Netflix sudah memiliki 4,2 juta pelanggan. Pada saat itu juga sejumlah studio di Hollywood mulai tertarik mendistribusikan filmnya di Netflix. Lewat kerja sama itu, konten yang tersedia di Netflix tambah beragam. Apalagi, pada tahun 2007, Netflix mulai menyiarkan sejumlah program televisi. Semua itu turut memperluas pangsa pasarnya pada tahun-tahun berikutnya.

Kunci Sukses Netflix

Dalam acara CES 2016, Hastings mengumumkan kalau pada kuartal keempat, masyarakat di pelbagai belahan dunia telah menghabiskan 12 miliar jam untuk menonton Netflix! Itu menunjukkan angka yang fantastis, sekaligus menjadi bukti kesuksesan Netflix dalam merebut pangsa pasar industri pertelevisian.

Kesuksesan yang diraih oleh Netflix tentunya tak bisa dilepaskan dari dua sebab. Pertama, Netflix menyediakan tayangan yang bebas iklan. Sebagaimana diketahui, pemasukan stasiun tv konvensional berasal dari iklan yang dibikin dan dibayar oleh sponsor.

Oleh sebab itu, sponsor punya hak menyiarkan iklannya berdasarkan waktu dan jumlah dana yang sudah dibayarkan, dan stasiun tv pun wajib menayangkan iklan di sela program yang ditampilkannya. Dengan sistem kerja sama demikian, enggak heran kalau kita sering menjumpai iklan sewaktu menonton tv.

Namun, Netflix punya sistem yang berbeda. Dengan menetapkan iuran tiap bulannya, arus kas Netflix tak lagi bergantung pada pemasukan dari iklan. Netflix menjadi media yang mandiri dan bebas campur tangan sponsor. Jadi, sewaktu menyaksikan Netflix, kita enggak akan melihat iklan yang “berseliweran” menyela tayangan.

Semua itu tentunya menjadi solusi bagi penonton program televisi konvensional yang sudah “gerah” dengan banyaknya tayangan iklan yang ditampilkan. Siapa sih yang enggak risih sewaktu lagi seru-serunya nonton film, eh, ternyata, tiba-tiba disela oleh tayangan iklan?

Siapa juga yang enggak “sebal” menunggu iklan yang lama banget sebelum bisa menyaksikan lagi program tv yang tadi sempat tersela iklan? Siapa pula yang enggak “dongkol” memencet remot tv hanya untuk mencari tontonan yang bebas dari iklan? Bisa-bisa jempol bisa “kapalan” gara-gara kebanyakan mencet remot tv. Hehehe.

Untuk mengatasi persoalan itu, Netflix hadir menyediakan tayangan yang enggak ada iklannya.

Kedua, dengan memakai Netflix, kita bisa memilih sendiri tayangan yang mau disimak. Netflix menyediakan ribuan film dan tayangan tv yang dapat ditonton kapan pun dan di mana pun via streaming. Asalkan punya gadget atau smartphone, kita dapat dengan mudah mengakses beragam tayangan di Netflix.

Keunggulan itulah yang membikin Netflix lebih fleksibel daripada tv berbayar. Dalam layanan tv berbayar, kita memang dapat menyaksikan tontonan yang bebas dari iklan. Namun, sayangnya, kita enggak bisa memilih tayangan yang diminati. Kita hanya disodorkan tontonan oleh empunya program tanpa punya kebebasan penuh untuk menentukan apa yang ingin kita saksikan.

Celah itulah yang dimanfaatkan Netflix untuk menggaet calon membernya. Dengan menggunakan Netflix, member bisa bebas menyaksikan tontonan apapun dan di mana pun sesuai dengan keinginan mereka.

Masa Depan Industri Pertelevisian

Apa yang dilakukan dan dicapai oleh Netflix tentunya bisa menjadi pertanda adanya perubahan industri pertelevisian pada masa depan. Kita tentu bisa membayangkan bahwa pada masa depan, kita bisa memilih sendiri tayangan yang mau kita tonton tanpa merasa terganggu oleh kehadiran iklan.

Biarpun itu mungkin terjadi puluhan tahun kemudian, kecenderungan yang tampak saat ini justru mengarah ke situ. Betapa tidak, sekarang sudah banyak stasiun tv, yang tak hanya menyiarkan acara lewat pemancar, tetapi juga via streaming.

Oleh sebab itu, suatu saat nanti, mungkin saja, akan muncul Netflix-Netflix lainnya yang dapat menjangkau dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan tayangan yang berkualitas tanpa “direcoki” oleh iklan.

Salam.

Referensi:

“Awal Mula Netflix, dari Rental Film Fisik Sampai Digital”, metrotvnews.com, diakses pada tanggal 6 Desember 2016.

“Resmi, Film di Netflix Bisa Ditonton Sepuasnya Tanpa Internet”, kompas.com, diakses pada tanggal 6 Desember 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun