Hampir semua hadirin yang memadati audiotorium Universitas Cambridge, Inggris, “terhenyak” sewaktu Stephen Hakwing memaparkan prakiraan bahwa pada 1.000 tahun yang akan datang, umat manusia akan mengalami kepunahan. Apa yang disampaikan oleh Hawking pada forum yang digelar oleh Oxforf Union itu tentu bukanlah sebuah guyonan. Sebab, Profesor Emeretus, yang tingkat kecerdasannya konon setara dengan ilmuwan hebat, seperti Isaac Newton dan Albert Einstein itu, memberi argumen yang kuat untuk mendukung prakiraannya itu.
Menurutnya, kepunahan umat manusia disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya, perubahan iklim. Perubahan iklim memang tak lagi menjadi isu yang banyak diperbincangkan di pelbagai forum, tapi sudah memberi dampak dalam kehidupan manusia saat ini. Buktinya, sekarang terjadi “kekacauan iklim” di Indonesia.
Sewaktu masih SD dulu, guru saya pernah bilang kalau musim hujan selalu dimulai pada bulan yang berakhiran ber, seperti September, Oktober, November, Desember dan baru berakhir pada bulan Februari atau Maret.
Namun, kalau sekarang, pada bulan September saja masih berlangsung kemarau. Hal itu tentunya berpengaruh besar bagi kehidupan manusia, khususnya sektor pertanian yang masih sangat bergantung pada musim.
Belum lagi terjadi peperangan yang terus berkecamuk di sejumlah wilayah dunia. Senjata kimiawi, biologi, dan nuklir telah banyak dibuat untuk memusnahkan umat manusia yang terlibat peperangan. Semua itu pastinya juga memberi dampak negatif pada kelangsungan hidup manusia kalau enggak segera diakhiri.
Kalau kondisinya terus demikian, enggak heran kalau Hawking berani membuat prakiraan kalau ras manusia hanya akan mampu bertahan hidup 1.000 tahun lagi di bumi.
Rencana Membangun Koloni di Mars
Nah, untuk mengatasi persoalan itu, ia pun menyarankan supaya kita mulai menyiapkan koloni lain di tata surya. "Kita harus pergi ke luar angkasa untuk masa depan manusia," katanya seperti dikutip Science Alert.
Mars memang sering digadang-gadang akan menjadi “rumah kedua” setelah bumi. Namun demikian, tentunya timbul pertanyaan: “1.000 tahun dari sekarang sudah siapkah Mars menunjang kehidupan umat manusia?” atau, mungkin pertanyaannya perlu dibalik, “Sudah siapkah umat manusia menjadikan Mars sebagai tempat tinggal nantinya?”
Pertanyaan pertama tentunya susah dijawab, sebab tak ada seorang pun yang mampu memprediksi secara akurat kondisi Mars pada masa depan. Sampai sejauh ini, kondisi di permukaan Mars saja masih diteliti dengan saksama. Bagi sejumlah ilmuwan, Planet Mars memang ibarat seorang “gadis cantik”, yang sedap betul “dipandang”, tetapi susah sekali “dipegang”.