Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menuai Faedah dari Donor Darah

1 November 2016   07:22 Diperbarui: 1 November 2016   09:59 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
saya menjalani sesi pengambilan darah/ dokumentasi pribadi

Sewaktu petugas PMI akan menusukkan jarum suntik ke pembuluh darah di tangan kiri saya, sejenak saya memalingkan wajah. “Ambil napas, dan tahan,” katanya, dengan suara tenang. Saya menuruti saja instruksi yang disampaikan, dan segera ujung jarum yang runcing menancap di tangan.

Duh!

Darah segar pun mengalir melalui selang kecil dan mengisi kantong darah, yang terus saja digoyangkan oleh alat. Itulah sekilas momen yang saya alami sewaktu menjadi peserta donor darah di WVK Bekasi pada tanggal 30 Oktober 2016.

Barangkali, di antara serangkaian proses donor darah, “momen” itulah yang membikin sejumlah orang ogah menjadi peserta donor. Alasannya? “Takut jarum suntik”. Sebagian orang mungkin mempunyai fobia terhadap jarum suntik.

Fobia itu bisa saja muncul lantaran pengalaman buruk yang terjadi sewaktu orang itu pernah “berurusan” dengan jarum suntik pada masa lalu. Oleh sebab itu, sewaktu diajak mendonorkan darahnya, seseorang bisa berpikir seribu kali, lantaran terngiang oleh “seramnya” jarum suntik.

Belum lagi, desas-desus yang terdengar bahwa sehabis mendonorkan darah, kita bisa jatuh pingsan. Peristiwa itu memang pernah terjadi, terutama pada seseorang yang baru pertama kali donor darah.

Semua itu terjadi lantaran peserta donor langsung bangkit dari matras walaupun sempat merasa agak pusing (Untuk mengatasi rasa pusing yang muncul, saya akan menjelaskannya lebih detail di paragraf berikutnya). Bisa saja, desas-desus itu pula yang tambah mengecilkan niat seseorang untuk ikut donor darah.

Biarpun demikian, manfaat yang dapat dipetik barangkali bisa menjadi inspirasi untuk ikut berpartisipasi mendonorkan darah. Setelah beberapa kali menjalani donor darah, saya merasakan sejumlah manfaat.

Pertama, sewaktu mendonorkan darah, saya bisa sekalian memeriksakan kondisi kesehatan saya. Potensi penyakit akut, seperti penyakit darah tinggi, dapat terdeteksi sejak dini lewat kegiatan itu.

Selain itu, kondisi hemoglobin (darah) saya dapat terpantau. Sebagaimana diketahui, hemoglobin adalah zat yang berfungsi mengangkut nutrisi, mempertahankan imun tubuh, dan mengikat oksigen. Dalam kondisi normal, hemoglobin pria dewasa berada pada kisaran 13 hb (gr/100mg), wanita dewasa 12 hb (gr/100mg), dan anak-anak 12 hb (gr/100mg).

Jadi, kalau hemoglobin di tubuh saya di bawah kisaran itu, saya berpeluang terkena sejumlah penyakit, seperti anemia. Untuk menghindarinya, pemeriksaan harus dilakukan. Salah satunya bisa dilakukan sewaktu kita akan donor darah.

Kedua, dengan donor darah, saya ikut membantu menyelamatkan nyawa seseorang. Seseorang yang terkena kecelakaan, akan melahirkan, atau menjalani operasi besar tentunya membutuhkan pasokan darah untuk menggantikan darah yang hilang.

Apabila bank darah tengah kehabisan stok darah yang dibutuhkan, itu tentunya akan mengancam keselamatan nyawa orang tersebut. Dalam situasi seperti itu, setetes darah saja bisa sangat berharga.

Jadi, dengan mendonorkan darah, secara tak langsung, kita telah menyelamatkan satu kehidupan. Sungguh sebuah perbuatan yang sedemikian mulia!

Donor darah dilakukan dalam sejumlah tahap. Pertama, kita harus mengisi formulir pendaftaran. Formulir itu tak hanya berisi informasi formal kita, seperti nama, alamat, dan pekerjaan, tetapi juga kuesioner tentang kondisi tubuh dan seputar penyakit yang diidap.

saya mengisi biodata dan keusioner tentang kesehatan sebelum ikut donor darah/ dokumentasi pribadi
saya mengisi biodata dan keusioner tentang kesehatan sebelum ikut donor darah/ dokumentasi pribadi
Pertanyaan yang diajukan beberapa di antaranya adalah “Apakah calon peserta donor sudah tidur minimal 6 jam? Apakah peserta mengidap penyakit menular tertentu, seperti hiv? Apakah mengonsumsi antibiotik beberapa hari sebelumnya? Apakah sudah makan 3 jam sebelum donor? Apakah sudah berusia minimal 17 tahun?”

Kuesioner itu tentunya bertujuan mempertanyakan kebugaran fisik peserta donor. Setelah selesai mengisi keusioner, peserta membubuhkan tanda tangan.

Kedua, petugas PMI akan memeriksa kelengkapan informasi peserta donor. Selain itu, petugas pun akan meminta peserta donor untuk menimbang berat badan. Donor darah boleh dilakukan kalau berat badan peserta minimal 45 kg.

saya menimbang berat badan untuk memastikan bahwa berat badan saya sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh PMI/ dokumentasi pribadi
saya menimbang berat badan untuk memastikan bahwa berat badan saya sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh PMI/ dokumentasi pribadi
Ketiga, peserta donor menjalani pemeriksaan medis. Petugas PMI akan mengukur tekanan darah. Sewaktu tekanan darah saya diukur, alat menunjukkan kalau tensi darah saya normal, pada kisaran 120/80 mm hg.

Berikutnya, sampel darah saya diambil. Pada alat terbaca kalau golongan darah saya o positif. Sebagaimana diketahui, terdapat 4 golongan darah, yaitu a, b, ab,dano. Sementara itu, masing-masing golongan darah terbagi atas rhesus positif dan rhesus negatif.

hemoglobin saya diperiksa terlebih dahulu/ dokumentasi pribadi
hemoglobin saya diperiksa terlebih dahulu/ dokumentasi pribadi
Tak semua calon peserta donor lulus tes medis. Berdasarkan pengamatan saya, peserta yang tak dibolehkan ikut donor darah umumnya punya tensi darah di atas atau di bawah angka normal.

Semua larangan itu dilakukan demi menjaga kesehatan dan keselamatan peserta donor. Jangan sampai peserta donor terlalu memaksakan diri sampai-sampai mengorbankan kesehatannya sendiri.

Setelah tes medis menyatakan lulus tes, saya pun dibolehkan mendonorkan darah. Saya pun berbaring di sebuah matras berukuran 2 x 1 m. Saya pun mengulurkan tangan kiri saya untuk diambil darahnya.

Petugas PMI kemudian menekan lengan saya dengan alat pompa, dan mengoleskan alkohol di sekitar pembuluh nadi. Kulit saya terasa dingin terkena alkohol, dan saat-saat yang dinantikan pun tiba, yaitu penusukan jarum suntik.

Sewaktu jarum suntik ditusukkan ke pembuluh darah, seperti sudah disampaikan pada paragraf sebelumnya, tangan saya terasa sedikit nyeri. Barangkali alkohol yang dioleskan ke permukaan jarum sedikit berpengaruh terhadap munculnya rasa nyeri itu. Namun demikian, rasa nyeri itu kemudian hilang pelan-pelan.

saya menjalani sesi pengambilan darah/ dokumentasi pribadi
saya menjalani sesi pengambilan darah/ dokumentasi pribadi
Saya menunggu sekitar sepuluh menit, sampai kantong terisi penuh. Kantong darah itu terus saja “ditimang-timang” oleh alat layaknya seorang bayi. Hal itu bertujuan supaya darah tidak lekas menggumpal.

Setelah penuh, petugas akan menjepit selang untuk menghentikan aliran darah, menekan selang hingga pipih, dan menggunting selang itu. Dua tabung kecil disiapkan untuk mengambil sampel darah. Sesudah itu, barulah jarum suntik dicabut.

Pascadonor, kepala bisa terasa pusing, terutama bagi yang baru berdonor pertama kali. Kalau memang merasa sedikit pening, sebaiknya kita tetap berbaring. Jangan langsung bangun karena kita bisa jatuh pingsan.

Untuk menghilangkan pusing itu, angkat kaki lebih tinggi. Kalau ada tembok, sandarkanlah kaki di tembok, atau ganjal kaki dengan bantal yang ditumpuk tinggi. Hal itu bertujuan menetralkan sirkulasi darah di tubuh. Tunggu beberapa waktu. Setelah sudah merasa lebih baik, kita baru bangun.

Saya sudah mengikuti donor darah sebanyak sepuluh kali dan tubuh saya tetap sehat seperti sebelumnya. Menurut saya pribadi, donor darah tak hanya merupakan sarana untuk menjaga kesehatan dan melakukan kebaikan, tetapi sudah menjadi gaya hidup.

Jadi, bagi yang masih ragu-ragu mendonorkan darahnya, barangkali kata-kata yang tertulis di bag PMI dapat memberi inspirasi: “Mereka selamat, kita pun sehat.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun