Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peredaran Permen Jari: Mewaspadai Jajanan Sekolah Berbahaya

15 Oktober 2016   07:00 Diperbarui: 15 Oktober 2016   09:07 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus “permen jari” menggemparkan masyarakat di wilayah Tanggerang dan sekitarnya beberapa hari lalu. Permen itu diduga mengandung zat adiktif, yang dapat membikin orang yang mengonsumsinya ketagihan.

Setelah tersiar kabar bahwa ada seorang anak di daerah Ciledug, Tangerang, yang tertidur selama lima jam setelah mengonsumsinya, BPOM bertindak cepat dengan mengambil beberapa sampel permen yang tersebar di sejumlah sekolah di Ciledug dan Karang Tengah. BPOM juga telah memeriksa perusahaan yang mengimpor permen itu dari sebuah perusahaan asal Tiongkok.

Sementara itu, untuk mencegah peredaran permen sejenis di masyarakat, Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Kediri menyita puluhan permen jari yang dijual di depan sekolah pada 13 Oktober 2016. Biarpun permen itu belum diuji coba di laboratorium untuk memastikan kandungan narkoba di dalamnya, penyitaan tetap dilakukan agar masyarakat mendapat rasa aman. Sewaktu mendapat pemeriksaan, pedagang yang menjual permen itu mengaku tidak mengetahui kandungan yang terdapat di dalamnya.

Kasus jajanan sekolah yang "dianggap" berbahaya seperti itu sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 2015, BPOM DKI Jakarta melakukan sidak di sejumlah kantin sekolah. Dalam sidak itu, BPOM malah mendapati adanya zat berbahaya di dalam makanan.

Sebagai contoh, pada gula-gula ditemukan zat Rodhamin B. Zat itu berbahaya lantaran mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, kanker kandung kemih dan gangguan hati apabila terus dikonsumsi dalam jangka panjang.

Belum lagi, Methanil Yellow, pewarna tekstil, yang umumnya ditemukan produk es, seperti “es tong tong”. Walaupun membikin es krim terlihat “menggoda” lidah, kalau es itu terus dimakan dalam waktu yang lama, kesehatan anak tentu akan terganggu. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya orangtua mewaspadai jajanan yang dimakan anak di sekolah.

Kasus jajanan sekolah yang sudah dipaparkan di atas mengingatkan saya pada pengalaman masa lalu. Sewaktu masih SD dulu, saya memang gemar menyantap jajanan seperti itu.

Saya ingat betul setiap pulang sekolah, saya sering membeli es serut. Saya doyan mengonsumsinya lantaran rasanya enak di lidah. Apalagi disantap saat siang bolong, saat udara tengah panas-panasnya. Paling nikmat memang makan es serut saat cuaca sedang terik.

Pada waktu itu, saya tak peduli apakah es yang dipakai sudah higienis atau malah sudah tercemari oleh bakteri. Saya juga tak peduli apakah sirup yang dituangkan di atas es itu berasal dari pewarna alami yang aman dikonsumsi atau justru pewarna kimiawi atau bahkan pewarna tekstil, yang sewaktu-waktu dapat merenggut kesehatan saya. Bagi saya, yang terpenting adalah betapa enaknya es itu, bukannya bahan bakunya. Jadi, saya asal santap saja makanan itu.

Apakah pihak sekolah mengetahui keberadaan jajanan itu? Jelas, sebab pedagang yang menjajakan es itu berjualan di depan pagar sekolah. Namun, tak ada sedikit pun teguran waktu itu. Jadi, pedagang bebas menawarkan dagangannya sesuka hati.

Bertahun-tahun kemudian, saya baru mengetahui kalau jajanan yang sering saya makan dulu ternyata tidaklah sehat. Kini, saya sudah berhenti makan es serut sama sekali. Jangankan es serut, minuman dingin saja sudah jarang saya konsumsi.

Sudah enggak doyan? Lebih tepatnya sekarang saya sudah sadar akan pentingnya kesehatan. Saya menganggap kalau kesehatan itu adalah sebuah investasi yang penting. Percuma hidup bergelimang harta dan takhta kalau tubuh kita payah dihajar pelbagai penyakit. Kita tentu tak bisa menikmatinya! Bukankah demikian?

Sekadar saran, bagi pembaca yang memiliki putra dan putri yang masih bersekolah, sebaiknya pembaca menyiapkan bekal makan setiap harinya. Biarpun terasa merepotkan, terutama untuk ibu-ibu, bekal makan yang berasal dari rumah sesungguhnya jauh lebih bersih, lebih sehat, dan lebih nikmat disantap lantaran proses pembuatannya kita perhatikan sendiri.

Dengan demikian, pembaca tak perlu lagi cemas soal jajanan yang disantap anak di sekolah lantaran itu sudah tergantikan oleh bekal yang sudah disiapkan dengan sepenuh cinta.

Salam.

Referensi

“Soal "Permen Jari", BPOM Awasi Makanan yang Diduga Mengandung Narkoba”, www.kompas.com, diakses tanggal 14 Oktober 2016.

“Permen Jari Berzat Adiktif Ditemukan di Kediri”, www.tempo.co, diakses tanggal 14 Oktober 2016.

“Awas, Bahaya Jajanan Anak Sekolah”, www.nationalgeographic.co.id, diakses tanggal 14 Oktober 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun