Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melampaui Kilauan Berlian

5 Oktober 2016   17:40 Diperbarui: 19 Oktober 2016   07:53 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima puluh tahun yang lalu, suamiku menggandeng tanganku ke altar. Namun, kini akulah yang menggenggam tangannya. Kami berjalan bersama menuju pelaminan, melewati barisan kursi yang terisi penuh oleh anggota keluarga dan kerabat. Kami melangkah pelan-pelan. Namun, aku bisa mendengar suara sol sepatu suamiku yang beradu dengan lantai.

www.favim.com
www.favim.com
Kami tersenyum kepada para tamu yang hadir dalam acara pernikahan kami. Hampir semuanya masih kukenal dengan baik. Biarpun demikian, bagi suamiku, wajah para tamu itu mungkin saja terlihat sangat asing lantaran ia tak lagi mampu mengingat satu wajah pun.

Suamiku memang mengalami gangguan memori sejak sepuluh tahun yang lalu. Oleh dokter syaraf, ia didiagnosa terkena Alzheimer. Sepanjang pengetahuanku, Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang menyerang sistem saraf di otak. Penyakit itu umumnya menjangkiti orang-orang yang berusia di atas 60 tahun. Namun demikian, akibat pola hidup yang kurang sehat, seperti depresi dan rokok, kini sudah ada anak muda berusia 28 tahun yang terserang Alzheimer!

Penyakit itu mulai menjangkiti suamiku ketika ia memasuki usia tujuh puluh tahun. Awalnya ia mengeluh sering lupa meletakkan sesuatu, seperti kunci mobil, flasdisk, dan dompet. Kami menganggapnya wajar. “Lupa itu lumrah terjadi pada setiap orang.” Kami berpikiran demikian sehingga tak segera memeriksakannya ke dokter.

Namun, seiring berjalannya waktu, suamiku mulai melupakan banyak hal. Aku ingat suatu hari, suamiku mandi sampai sepuluh kali! Semua itu terjadi karena ia lupa bahwa ia sudah mandi sebelumnya! Kemudian, ia pun sering mengulang-ulang topik pembicaraan yang sama, sehingga kami merasa bosan mengobrol bersamanya.

Kami pun memutuskan membawanya ke dokter lantaran kondisinya sudah terlihat mengkhawatirkan. Setelah menjalani scan di sekujur tubuhnya dan pemeriksaan yang panjang, dokter akhirnya memvonis kalau suamiku terkena Alzheimer.

“Apakah ada kemungkinan untuk sembuh, dok?” Tanya anakku, Valen, yang saat itu datang menemani kami berobat.

“Sejauh ini, Alzheimer belum ada obatnya,” kata dokter dengan suara berat. “Namun, kita bisa melakukan terapi secara rutin untuk memperlambat kerusakan memori yang mungkin terjadi.”

www.theodysseyonline.com
www.theodysseyonline.com
Sejak saat itu, kami pun membiasakan diri dengan kondisi kesehatan suamiku. Tubuh suamiku memang masih terlihat bugar, tetapi perilakunya sudah jauh berbeda daripada sebelumnya. Pernah suatu pagi suamiku terlihat risau. Ia membongkar seisi lemari pakaian, membuka laci meja, dan mengaduk-aduk tempat tidur.

“Kamu mencari apa, Pa?” Aku bertanya.

Sambil mencari-cari di kolong tempat tidur, ia berkata dengan suara panik, “Ma, kamu lihat dasi merah Papa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun