Dari ilustrasi itu, kita sudah bisa menebak respon yang akan terjadi antara Dimas dan Selly dalam menyelesaikan konflik. Ada tiga respon yang mungkin muncul, yaitu mendekat-mendekat, mendekat-menjauh,dan menjauh-menjauh.
Berdasarkan respon mendekat-mendekat, Dimas dan Selly menyelesaikan persoalan lewat tatap muka. Setidaknya terdapat dua hal yang akan terjadi sewaktu Dimas dan Selly menyudahi suatu konflik secara langsung: saling menyalahkan satu sama lain,atausaling meminta maaf.
Respon itu tentunya akan timbul kalau Dimas dan Selly mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya masing-masing. Dengan demikian, keduanya bisa belajar saling memahami perasaan satu sama lainnya.
Namun demikian, keduanya tentu harus belajar menyampaikan emosi secara tepat. Jangan sampai hubungan keduanya malah bertambah renggang akibat komunikasi yang buruk. Sebuah ungkapan mengatakan, “Bukan soal amarahnya, melainkan cara kita dalam mengekspresikan amarahlah yang membikin banyak masalah.”
Kemudian, dalam respon menjauh-mendekat, Dimas dan Selly menunjukkan sikap yang kontradiktif. Sebagai contoh, setelah selesai bertengkar, Dimas terlihat lebih banyak berdiam diri. Ia tampak menarik diri dari Selly. Ia terus saja menyibukkan diri dengan urusan pekerjaan supaya bisa menghindari Selly untuk sementara waktu.
Sebaliknya, Selly justru berusaha mendekati Dimas. Ia mencoba menghubungi Dimas lantaran belum juga pulang walaupun sudah larut malam. Namun, teleponnya tidak diangkat dan chatnya hanya di-read saja. Sejak itu, Selly semakin merasa jengkel dengan sikap Dimas. Ia pun mulai berpikiran negatif, “Jangan-jangan ia pergi bersama wanita lain.”
Dengan respon seperti itu, bukannya akan segera terselesaikan, konflik malah bertambah lebar dan berlarut-larut.
Sementara itu, respon menjauh-menjauh memperlihatkan bahwa Dimas dan Selly sama-sama berdiam diri. Cuek. Acuh. Keduanya mungkin akan berpikiran, “Apapun yang ia lakukan, bodo amat.” Kalau sudah terjadi demikian, hampir dapat dipastikan kalau pernikahan sudah di ujung tanduk.
Saling kritik adalah sesuatu yang lumrah terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Hanya saja, cara kita menyampaikan kritik terhadap orang lain akan menghasilkan konsekuensi tertentu.
Kalau kita mengkritik seseorang secara pribadi, orang itu tentunya akan mempertahan diri dan menunjukkan ego. Sebaliknya, andaikan kita melontarkan kritik terhadap perbuatan seorang, orang itu mungkin saja akan bersikap jauh lebih “lunak”, belajar mengakui kesalahan, dan berusaha memperbaiki sikapnya.
Dengan demikian, walaupun kita harus menyampaikan sebuah kritik, suatu hubungan tetap dapat terpelihara dengan baik.